Penjualan Pesawat Menurun di Singapore Airshow 2016

Kontrak terbesar didapatkan produsen mesin CMF International dalam Singapore Airshow 2016.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 24 Feb 2016, 18:05 WIB
Singapore Air Show (Ilyas P/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Singapore Airshow berakhir pada 21 Februari 2016. Sepanjang pergelaran ini banyak produsen pesawat terbang dan berbagai industri pendukung lainnya yang memamerkan berbagai produk terbarunya.

Rajiv Biswas, Asia Pacific Chief Economist mencatat berbagai transaksi telah terjadi dalam pergelaran Singapore Airshow 2016. Meski ada beberapa tanda tangan kontrak pembelian pesawat, namun jumlahnya tidak sebesar pada Singapore Airshow 2012 dan 2014.

"Memang ini strategi yang biasa terjadi setelah banyaknya kontrak yang dilakukan di Singapore Airshow sebelumnya, kali ini lebih banyak perjanjian pembelian dan perawatan mesin pesawat," kata Rajiv dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Rabu (24/2/2015).

Namun begitu ada beberapa kontrak yang didapatkan oleh berbagai produsen pesawat seperti Airbus dan Boeing. Airbus telah mendapatkan kontrak pembelian pesawat enam A350 dari Phillippine Airlines senilai US$ 1,85 miliar. Sementara untuk Boeing mampu mendapatkan kontrak pesanan dari China Okay Airways yang membeli 12 pesawat tipe 737 dengan total nilai US$ 1,3 miliar.

Sementara itu produsen pesawat Jepang Mitsubishi Aircraft Corporation juga memenangkan order senilai US$ 940 juta untuk pengadaan pesawat jet baru jenis MRJ dari perusahaan leasing asal Amerika Serikat, Aerolease.

Namun kontrak terbesar dalam Singapore Airshow 2016 ini didapatkan oleh produsen mesin CMF International yang menandatangani kontrak senilai US$ 4,9 miliar dengan Transportation Partners.

Selain itu perusahaan mesin asal AS, US Pratt & Whitney juga mendapatkan kontrak mesin baru senilai US$ 3 miliar dengan VietJet Air.

Apa yang terjadi ini tidak sebanding jika melihat Singapore Airshow 2012. Maskapai asal Indonesia Lion Air menandatangani pembelian 230 pesawat Boeing 737 senilai US$ 22,4 miliar. Hal serupa juga terjadi di Singapore Airshow 2014 dengan VietJet Air membeli 100 pesawat dari Aibus.

"Industri penerbangan komersil di Asia Pasifik memang mengalai pertumbuhan yang signifikan. Diperkirakan akan ada di angka 9,2 persen setiap tahunnya antara tahun 2016 hingga 2020," ujar Rajiv. (Yas/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya