Sempat Terjungkal, Harga Minyak Akhirnya Kembali Naik

Minyak Brent naik US$ 1,05 per barel atau 2,8 persen ke level US$ 38,97 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Des 2015, 04:57 WIB
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, New York - Harga minyak naik 3 persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi Waktu Jakarta), sebagai langkah penyelamatan teknikal setelah sempat terpeleset ke level terendah dalam 11 tahun terakhir.

Mengutip Reuters, Rabu (16/12/2015), harga minyak Brent yang merupakan patokan harga dunia dan harga minyak West Texas Intermediate yang merupakan harga patokan di Amerika Serikat (AS) menguat lebih dari US$ 1 per barel. Penguatan ini telah terjadi dalam dua hari berturut-turut setelah sebelumnya terjerumus cukup dalam.

Minyak Brent naik US$ 1,05 per barel atau 2,8 persen ke level US$ 38,97 per barel. Dalam perdagangan intraday, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$ 39,41 per barel.


Sedangkan untuk West Texas Intermediate naik US$ 1,36 per barel menjadi US$ 37,67 per barel. Harga minyak ini sempat terjatuh ke level US$ 34,53 per barel pada perdagangan sehari sebelumnya. Level tersebut merupakan level terendah sejak krisis keuangan lalu.

"Para pelaku pasar melakukan pembelian saat harga berada di level terendah," jelas Direktur BRG Brokerage, Jeffrey Grossman. Artinya, kenaikan ini lebih disebabkan faktor teknikal setelah mengalami penurunan yang cukup dalam. Ia berharap dalam beberapa hari ke depan harga minyak bisa mendekati level US$ 40 per barel.

Sebenarnya, kenaikan harga minyak ini bisa lebih tinggi lagi. Namun tertahan karena penguatan dolar AS karena adanya rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang akan dilakukan di akhir tahun ini. Penguatan dolar AS harga membuat minyak menjadi lebih mahal jika diperdagangkan dengan menggunakan mata uang lainnya.

"Saya melihat bahwa harga saat ini sudah terlalu rendah. namun memang untuk membalikkannya ke atas bukan perkara yang mudah dengan adanya beberapa tantangan di luar faktor pasokan dan permintaan sendiri," jelas pendiri konsultan energi Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch.

Lembaga pemeringkat Moody's memperkirakan harga minyak akan berada di kisaran US$ 43 per barel pada 2016 nanti. Sebelumnya, lembaga ini sempat memperkirakan harga minyak akan berada di level US$ 53 per barel.

Sedangkan Danske Bank mengungkapkan bahwa harga minyak bisa berada di level US$ 25 per barel di tahun depan jika memang tidak terjadi penurunan produksi. (Gdn/Nrm)




**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya