Harga Minyak Tekan Wall Street di Awal Pekan

Indeks saham Dow Jones melemah 117,12 poin atau 0,66 persen ke level 17.730 pada perdagangan saham Senin pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Des 2015, 05:25 WIB
(Foto: Reuters)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan saham di awal pekan ini seiring sektor saham energi dan bahan dasar tertekan. Harga minyak jatuh ke level terendah dalam tujuh tahun telah menyeret dua sektor saham itu ke zona merah.

Kedua jenis harga minyak dunia baik Brent dan West Texas Intermediate (WTI) melemah sekitar hampir enam persen, setelah pertemuan OPEC pada pekan lalu gagal untuk mengatasi pasokan minyak berlebih.

Dolar Amerika Serikat (AS) semakin menguat pun mempengaruhi harga minyak.Indeks dolar naik 0,3 persen ke level 98,66 terhadap sejumlah mata uang utama.

Sentimen itu menyeret sektor saham energi tertekan. Saham Exxon dan Chevron susut tiga persen, dan mencatatkan penurunan terbesar sehingga membebani indeks saham Dow Jones dan S&P 500.

Sedangkan indeks saham S&P 500 sektor material melemah 1,9 persen. Hal itu didorong saham Dow Chemical dan DuPon melemah dua persen.

Indeks saham Dow Jones pun melemah 117,12 poin atau 0,66 persen ke level 17.730,51. Indeks saham S&P 500 merosot 14,62 poin atau 0,7 persen ke level 2.077,07. Indeks saham Nasdaq tergelincir 40,46 poin atau 0,79 persen ke level 5.101,81.

Dengan dampak harga minyak tertekan ini mengikis penguatan indeks saham pada akhir pekan lalu yang didorong rilis data tenaga kerja AS baik.

Laporan data tenaga kerja AS membaik itu menunjukkan kekuatan ekonomi semakin baik sehingga meningkatkan kemungkinan rencana bank sentral AS menaikkan suku bunga dalam pertemuan pada 15-16 Desember 2015.

"Kelihatan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga. Harga komoditas jatuh akan menjadi faktor," ujar Art Hogan, Direktur Wunderlich Securities seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (8/12/2015).

Ia menambahkan, harga minyak jatuh ditambah penguatan dolar AS dapat membuat kenaikan suku bunga bank sentral AS bertahap.

Matt Llyod, Direktur Advisors Asset Management menuturkan, semua pihak telah mengetahui suku bunga bank sentral AS akan naik, dan kini menanti apa dampak buruk dari kenaikan suku bunga bank sentral AS itu. "Bila pasar tidak mampu untuk melakukan aksi beli maka berbagai macam tekanan berdampak ke pasar," ujar Matt.

Sementara itu, dengan harga minyak jatuh juga dapat menolong saham sektor penerbangan. JetBlue Airways menguat 4,1 persen. Saham Republic Airways naik 2,9 persen. Indeks saham S&P 500 sektor penerbangan menguat ke level tertinggi sejak Januari. (Ahm/Igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya