Liputan6.com, Jakarta - Komdigi membekukan izin bagi layanan verifikasi identitas World ID dan World Coin belum lama ini. Mengajak masyarakat di Bekasi dan Jakarta untuk memindai mata menggunakan perangkat mirip bola dengan kamera yang disebut orc, mereka yang sudah memindai iris mata pun mendapatkan token World Coin sebagai bentuk insentif.
Layanan ini sudah terlebih dahulu ada di sejumlah negara termasuk di antaranya Brasil dan Spanyol. Namun kedua negara ini melarang operasional World ID dan World Coin yang dikembangkan oleh perusahaan Sam Altman bernama Tools for Humanity.
Baca Juga
Ramai karena layanannya dibekukan di Indonesia, ternyata World ID dan World Coin baru saja masuk ke pasar Amerika Serikat. World ID dan World Coin "telat" masuk ke Amerika Serikat karena regulasi pemerintahan Joe Biden dianggap tidak ramah terhadap mata uang kripto.
Advertisement
Sementara di bawah pemerintahan Donald Trump saat ini, orang nomor satu AS itu lebih merangkul sektor aset digital. Bahkan Trump berjanji menjadikan Amerika Serikat sebagai 'ibu kota kripto' di dunia.
Dalam peluncuran di AS, sebagaimana dikutip dari Financial Times, Selasa (6/5/2025), Sam Altman mengatakan, "Saya orang Amerika yang sangat bangga, saya pikir Amerika harus memimpin inovasi, bukan melawannya."
Menurutnya, teknologi merupakan cara untuk memastikan manusia tetap menjadi pusat dan istimewa di dunia, tempat di mana internet memiliki banyak konten yang digerakkan oleh AI.
Sekadar informasi, Tools for Humanity, perusahaan di balik World dan World Coin ini didirikan pada 2019 oleh Sam Altman dan Alex Blania.
Kini, Tools for Humanity mengumpulkan USD 200 juta dari pemodal ventura, termasuk dari salah satu pendiri LinkedIn Red Hoffman dan pendiri FTX Sam Bankman-Fried yang dijatuhi hukuman 25 tahun karena penipuan.
World Jadi Metode Andal Bedakan Manusia dan Komputer
Menurut Sam Altman, World akan menjadi metode yang andal dalam membedakan identitas manusia dengan komputer/ AI/atau bot.
Altman dan Blania berpendapat, metode yang andal untuk membedakan manusia dan komputer begitu penting di tengah kemajuan AI.
World sendiri memproduksi sebuah alat berbentuk mirip bola untuk memindai mata manusia. Selanjutnya, alat tersebut menghasilkan ID unik yang bisa digunakan untuk mengakses token Worldcoin milik perusahaan.
Adapun perangkat pemindai mata berbentuk bola itu seukuran bola basket. Ke depannya, World telah membuat model genggam dan akan mengintegrasikan teknologi tersebut secara langsung webcam atau perangkat seluler.
Saat ini, World telah membuat 10.000 bola pemindai untuk pasar AS, dalam 12 bulan ke depan. Jumlah ini lima kali lipat dari pasokan untuk pasar globalnya.
World bahkan tengah membangun pabrik baru di Richardson, Texas, untuk merakit bola ini.
Advertisement
Pentingnya Pengenalan Identitas Manusia
Mengapa pengenalan identitas manusia dinilai begitu penting? Rupanya, menurut World dan Tools for Humanity, peluncuran model AI yang canggih yang secara akurat bisa meniru interaksi manusia bisa menjadi ancaman.
Model-model AI canggih ini membuka peluang bagi terjadinya penipuan canggih, phishing, hingga penipuan online
Sebagai salah satu bentuk penerapan pentingnya identitas manusia, World mengumumkan kemitraan dengan perusahaan kencan online Match Group untuk memverifikasi pengguna aplikasi kencan Tinder.
Kepala Engineering di Tools for Humanity Adrian Ludwig berpendapat, teknologi pengenalan identitas World ini bisa berperan dalam berbagai layanan pemerintah dan masyarakat.
Tak hanya itu, menurutnya World juga bisa meningkatkan kepercayaan dan keamanan di jejaring sosial. Bahkan, Ludwig menyebutkan kalau World bisa dipakai pesaing mereka seperti X atau Meta.
Ditolak di Berbagai Negara
Sejauh ini World memang belum menghasilkan laba. Bahkan, layanan verifikasi ini menghadapi penolakan di sejumlah negara terkait masalah keamanan dan privasi.
Tahun lalu, regulator data Spanyol memblokir layanan World. Pasalnya mereka khawatir perusahaan bisa mengumpulkan informasi pribadi anak-anak di bawah umur.
Bukan hanya Spanyol, World juga menghadapi pelarangan hingga investigasi dan denda di Portugal, Hong Kong, Korea Selatan, Prancis, dan Brasil.
Meski begitu, pihak World tetap pede untuk menawarkan layanan verifikasi identitasnya di 20 negara. Mereka juga memastikan semua data biometrik bersifat anonim.
Advertisement