Sukses

Cegah Kerusuhan Pemilu, Ki Kusumo Gelar Deklarasi Damai

Memanasnya suhu politik Tanah Air usai Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 lalu, membuat gerah Ki Kusumo.

Liputan6.com, Jakarta Memanasnya suhu politik Tanah Air usai Pemilu Presiden (Pilpres) 9 Juli 2014 lalu, membuat gerah Ki Kusumo. Ketua Umum Komando Pejuang Merah Putih (KPMP) sekaligus produser film itu menggagas sebuah deklarasi damai anak negeri bersama 11 Ormas dan LSM. Tujuannya tak lain agar pada pengumuman KPU mengenai hasil Pemilu Presiden 22 Juli mendatang tetap berlangsung damai.

Maklum, belakangan berhembus isu akan terjadi kerusuhan massal saat KPU mengumumkan siapa presiden terpilih RI. Situasi ini dipicu karena sebelumnya, kedua kubu Capres Prabowo dan Jokowi sama-sama mengklaim sebagai pemenang. Oleh karena itu, Ki Kusumo berharap kedua belah pihak dapat menerima hasil KPU secara mutlak.

"Kami menyerukan kepada berbagai pihak untuk dapat menerima ketetapan hasil perolehan suara oleh KPU. Kami juga mengimbau kepada organisasi politik dan organisasi masyarakat agar dapat menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," ungkap Ki Kusumo di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Kamis (17/7/2014).

"Supaya masyarakat tahu bahwa 22 Juli mendatang nggak ada kisruh, nggak ada rusuh. Jadi semua merasa aman, tidak ada ketakutan. Kami KPMP dan teman-teman Ormas serta LSM di sini netral, kami berpihak pada yang benar," sambung paranormal nyentrik ini.

Selain itu, Ki Kusumo juga menegaskan bahwa hasil KPU nanti akan menentukan nasib Indonesia. Jika usai pengumuman presiden diwarnai kerusuhan, maka akan merusak citra demokrasi di Indonesia.

"Sebuah keputusan harus steril. Sebab ini menyangkut masa depan bangsa, anak bangsa harus tahu. Bagaimana pun perlu yang namanya pengawas. Paling tidak ada wadah masyarakat yang netral, untuk ikut menyaksikannya," ujarnya.

Terakhir, pemain film 308 ini mengimbau kepada kedua capres untuk bisa bersikap bijaksana dan legowo terhadap hasil yang dirangkum KPU.

"Kalah atau menang dalam pertandingan biasa saja. Kita bukan bicara RT atau RW, karena seorang presiden pasti punya nilai moral yang jauh lebih baik. Mungkin lebih tepatnya harus lebih mawas diri, saat ini kondisi rawan. Jangan sampai masyarakat jadi terprovokasi," tuntas Ki Kusumo.(Ras/Mer)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.