Sukses

Pasar Obligasi Indonesia Diramal Cerah, Bagaimana Strategi Investasinya?

Manulife Aset Manajemen Indonesia menilai, Indonesia memiliki profil ekonomi yang menarik di antara negara berkembang.

Liputan6.com, Jakarta - Optimisme pasar kembali meningkat secara signifikan, seiring dengan keyakinan penurunan suku bunga The Federal  Reserve (the Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) pada September 2024. Keyakinan itu makin kuat setelah data inflasi dan tenaga kerja AS melandai.

Pasar juga merespons positif pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di simposium Jackson Hole, yang memberikan sinyal kuat bagi The Fed untuk melakukan penyesuaian kebijakan moneter karena meredanya tekanan inflasi dan meningkatnya risiko di sektor tenaga kerja.

Perubahan pandangan ini berdampak positif bagi pasar Indonesia, tercermin dari Rupiah yang menguat ke kisaran Rp 15.400 serta arus dana investor asing yang meningkat ke pasar obligasi.

Portofolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Laras Febriany menilai, pada dasarnya Indonesia memiliki profil ekonomi yang menarik di antara negara berkembang lain. Hal itu didukung oleh tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi yang stabil, inflasi rendah, tingkat utang negara rendah, kondisi politik stabil, dan tingkat imbal hasil obligasi yang tinggi.

"Langkah bagi suatu negara berkembang memiliki profil yang cukup baik secara menyeluruh karena biasanya ada saja masalah pada salah satu faktor tersebut," kata dia dalam keterangan resmi, Rabu (11/9/2024).

Dengan profil yang menarik itu, faktor kunci bagi investor adalah pada stabilitas nilai tukar Rupiah. Sebab, pelemahan nilai tukar akan menggerus potensi imbal hasil bagi investor asing, membuat obligasi Indonesia kurang menarik, dan pada akhirnya dapat membuat arus dana asing berbalik.

"Dimulainya siklus pemangkasan suku bunga The Fed diperkirakan dapat menjadi iklim yang suportif bagi Rupiah dan bisa menarik arus dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia lebih lanjut," imbuh Laras.  

 

2 dari 5 halaman

Kinerja Obligasi

Obligasi menawarkan potensi capital gain dan elemen stabilitas bagi portofolio investor. Kelas aset obligasi secara historis mencatat kinerja baik dalam periode pemangkasan suku bunga, sehingga dapat menjadi opsi bagi investor untuk mendapatkan potensi capital gain memasuki periode pemangkasan suku bunga global.

"Di sisi lain, pasar tidak bergerak dalam garis lurus, selalu saja ada dinamikanya, oleh karena itu karakter obligasi yang defensif memberikan elemen stabilitas untuk menjaga keseimbangan portofolio investor. Reksa dana obligasi dapat menjadi opsi bagi investor untuk menangkap potensi di pasar obligasi," kata Laras.

Dengan reksa dana obligasi investor dapat memiliki eksposur obligasi yang terdiversifikasi di berbagai tenor dan jenis obligasi, serta pengelolaan secara aktif yang dilakukan Manajer Investasi untuk menyesuaikan strategi portofolio dengan kondisi terkini.

3 dari 5 halaman

Manulife AM Ramal IHSG Akhir Tahun Capai 7.800

Sebelumnya, PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) berada pada posisi 7.800 pada akhir 2024.

Chief Economist & Investment Strategist MAMI, Katarina Setiawan menjelaskan terdapat sejumlah kondisi yang bisa mempengaruhi kondisi pasar modal sampai akhir tahun.

"IHSG akhir tahun diperkirakan ada di Rp 7.800, ini berdasarkan valuasi dari segi PE dan juga pertumbuhan laba emiten," kata Katarina dalam Webinar Market Update – Wind of Change, Rabu (14/8/2024).

Secara makro, MAMI melihat bahwa current account deficit atau defisit transaksi berjalan akan terjaga di bawah 2 persen. Ini jauh di bawah defisit transaksi berjalan Indonesia pada krisis taper tantrum sebelumnya, di mana defisit transaksi berjalan mencapai di atas 4 persen.

"Jadi di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi global, current account deficit kita ini masih sangat terjaga. Kita juga melihat pertumbuhan PDB masih akan stabil dan kuat, masih comparable dan masih sangat kompetitif dibandingkan dengan negara-negara lain," imbuh Katarina.

Kemudian untuk 10 year government bond yield diperkirakan akan berkisar antara 6-6,25 persen. Ini tentu didukung dengan perbaikan situasi finansial dan pemotongan suku bunga The Fed dan stabilnya nilai tukar rupiah.

 

 

4 dari 5 halaman

Prediksi Inflasi

Inflasi diperkirakan berkisar antara 2,8-3,2 persen. Karena walaupun telah terjadi beberapa kali deflasi, MAMI melihat kemungkinan ada inflasi di sisa tahun ini yang dipicu kebijakan-kebijakan dari pemerintah. Misalnya penambahan objek cukai dan kenaikan tarif impor,

Nilai tukar rupiah diperkirakan antara Rp 15.400 sampai Rp 16.000 dengan base case-nya ada di sekitar Rp 15.600 sampai Rp 15.650. Kemudian benchmark rate suku bunga acuan BI antara 5,75 sampai 6,25 dan dengan base case-nya di 5,75 sampai 6,00.

Katarina menjabarkan beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai baik dari eksternal maupun internal. Dari eksternal, ada tensi geopolitik yang di mana eskalasinya bisa terjadi sewaktu-waktu di luar perkiraan.

"Jika terjadi eskalasi mendadak dari kondisi geopolitik, ini di luar kontrol dari semua pihak. Namun, kita melihat bahwa tensi geopolitik ini sangat diupayakan oleh berbagai pihak untuk menahan diri. Semoga ini terus bisa dipertahankan dan bahkan membaik ke depannya," kata Katarina.

5 dari 5 halaman

IHSG Sempat Menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi dibuka menguat 34,56 poin atau 0,47 persen ke posisi 7,391,20. Hal ini seperti dikutip dari Antara, Rabu (14/8/024).

Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 4,89 poin atau 0,54 persen ke posisi 917,40.

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang menguat pada perdagangan Rabu (14/8/2024). IHSG akan berada di kisaran 7.408-7.438.

Selengkapnya IHSG naik 0,81 persen ke posisi 7.356 dan masih didominasi oleh volume pembelian pada perdagangan Selasa, 13 Agustus 2024.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pada label hitam, ada kemungkinan IHSG sedang membentuk wave (b) dari wave 2 pada pola running flat sehingga IHSG cenderung menguat untuk menguji 7.408-7.438 sebagai area penguatan.

“Selanjutnya, IHSG akan terkoreksi ke rentang area 7.027-7.218. Pada label merah, apabila IHSG mampu break 7.454, IHSG akan menuju ke 7.513-7.654,” ujar Herditya.

Ia menuturkan, IHSG akan berada di level support 7.207,7.126 dan level resistance 7.377,7.454 pada Rabu pekan ini.

Dalam riset PT Pilarmas Investindo Sekuritas menyebutkan, IHSG berpotensi menguat terbatas dengan level support dan level resistance 7.200-7.370.

Video Terkini