Sukses

Genjot Bisnis di Industri Nikel, Harum Energy Bakal Ikutan Nyemplung ke Kendaraan Listrik?

Harum Energy sedang gencar mengembangkan usaha di sektor penambangan dan pengolahan bijih nikel yang diharapkan dapat berkontribusi dalam beberapa tahun ke depan.

Liputan6.com, Jakarta PT Harum Energy Tbk (HRUM) membuka kemungkinan perusahaan bakal ekspansi ke industri hilir nikel, seperti pada ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). 

Namun Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara mengisyaratkan niat itu belum akan dieksekusi dalam waktu dekat.

“Soal EV, saat ini kita belum sampai ke sana karena itu sangat hilir. Kami akan mulai investasi di hulu, kemudian mix stream, baru secara bertahap masuk hilir,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Jumat (9/6/2023).

Perseroan memang sedang gencar mengembangkan usaha di sektor penambangan dan pengolahan bijih nikel yang diharapkan dapat berkontribusi dalam beberapa tahun ke depan.

Untuk tahun ini, perseroan menyiapkan belanja modal sebesar USD 52 juta, di mana setengahnya atau 50 persen dialokasikan untuk pengembangan bisnis nikel yang sudah ada.

Belanja modal itu belum termasuk ongkos investasi untuk smelter kedua perseroan, Westrong Metal Industry (WMI) yang masih membutuhkan dana sekitar USD 90 juta.

“Kami masih ada investasi yang harus dikeluarkan untuk smelter kedua. Tahun ini kita anggarkan penyelesaian smelter masih butuh dana USD 90 juta… Smelter ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada kuartal IV tahun ini dengan kapasitas produksi 56 ribu ton per tahun,” jelas Ray.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ambil Alih

Informasi saja, pada 27 April 2022, PT Harum Nickel Industry (HNI), yang merupakan salah satu subsidiari PT Harum Energy Tbk telah mengambil bagian atas 250.000 saham baru dalam PT Westrong Metal Industry (PT WMI) yang mewakili 20 persen dari total modal ditempatkan dan disetor PT WMI, dengan harga pengambilan bagian saham sebesar USD 75 juta.

Smelter yang dibangun oleh PT WMI akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Sampai dengan Mei lalu, progres pembangunan smelter telah mencapai 80 persen.

Adapun smelter eksisting perseroan, Infei Metal Industry (IMI) yang sudah beroperasi sejak kuartal II tahun lalu. Hingga kuartal I 2023, smelter IMI telah merealisasikan produksi sebesar 6 ribu ton dalam bentuk ferronickel atau nickel pig iron

“Kami juga akan terus jajaki peluang perluasan atau ekspansi sektor nikel baik hulu maupun hilir. Kami akan jajaki peluang untuk mengakuisisi sumber daya nikel tambahan untuk menambah sumber daya yang saat ini sudah kita miliki. Dan pada saat yang sama melakukan ekspansi ke industri pengolahan untuk mendapat nilai tambah maksimal dari investasi yang kita lakukan,” tutup Ray.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini