Jokowi 'Urung' Nyapres Bisa Bikin IHSG Ambruk

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa menilai, pencalonan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden masih menimbulkan tanda tanya besar dari pelaku pasar atau investor. Pasalnya partai yang mengusung Jokowi berpotensi melakukan koalisi dengan partai lain. 

 

"Karena PDI-P belum tentu memajukan Jokowi semakin membuat ketidakpastian tinggi. Apalagi hasil pemilu yang keluar tidak sesuai dengan ekspektasi," ujar dia di kantor Kementerian Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (11/4/2014). 

 

Purbaya menilai pencapresan Jokowi memberikan sentimen positif bagi pasar. Dia memperkirakan tanpa Jokowi dideretan nama capres, maka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi rontok. 

 

"Saya pikir iya (pengaruh ke IHSG) dalam jangka pendek, karena kalau saya ngomong ke investor, mereka suka Jokowi. Saya nggak tahu alasannya apa. Nah kalau Jokowi tiba-tiba hilang, pasti ada sentimen negatif," papar dia. 

 

Investor, kata dia, mendambakan sosok pemimpin yang dapat memperbaiki Indonesia ke depan. Membawa kemajuan bangsa ini dan Jokowi dianggap dapat memenuhi keinginan pasar itu.   

 

"Bukan berarti negatif terus-terusan, karena awalnya mereka takut dan setelahnya lihat siapa calonnya. Jokowi sementara ini dianggap bisa (membawa kemajuan Indonesia) meski saya tidak tahu kenapa tapi itu perspektif pasar," tandas dia.  

 

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa menilai pasar kecewa karena ekspektasi yang tidak sesuai harapan. Namun kondisi ini diperkirakan akan berlangsung sementara. 

 

"Itu temporary saja karena di dalam politik kadang memberi sinyal positif dan negatif. Tapi selalu bersifat temporary karena yang jadi ukuran adalah fundamentalnya," cetusnya.