Sukses

Campus Bois Surakartans Gelar Diskusi Cegah Seksisme di Sepak Bola

Campus Bois Surakartans adalah sekumpulan mahasiswa dan mahasiswi yang menyukai klub Persis Solo.

Liputan6.com, Solo - Seksisme dalam sepak bola semakin membayangi suporter-suporter perempuan atau penonton perempuan di stadion ketika tengah menyaksikan pertandingan di tribun. Tak hanya kaum laki-laki, kini tak sedikit kaum hawa yang mulai memasuki tribun-tribun penonton untuk mendukung klub yang mereka sukai, namun tak sedikit pula kaum hawa ini menjadi obyek pandangan seksual laki-laki.

Menghadapi masalah yang sangat serius itu kemudian, komunitas Campus Bois Surakartans kumpulan mahasiwa dan mahasiswi pendukung Persis Solo itu mengadakan diskusi dengan tema 'Perempuan dan Sepak Bola'.

Diskusi tersebut mengundang narasumber dari pemain Persis Women, Tia Darti, Pegiat diskusi kampus, Joix dan perwakilan suporter perempuan Diajeng Vayantri Dewi Divianta.

Annas Alfarizi, Perwakilan Campus Bois Surakartans mengatakan berawal dari rasa kepedulian komunitasnya terkait banyaknya kejadian seksisme di ruang lingkup sepak bola khususnya tribun penonton yang kurang memili empati terhadap suporter perempuan. 

Ia mengaku ingin menyampaikan jika tribun-tribun penonton bis memberikan rasa aman dan nyaman kepada siapapun termasuk perempuan dan anak-anak.

"Kami ingin tribun penonton ke depan ketika khususnya Persis Solo mengarungi kompetisi tertinggi Liga akan menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman bagi siapa pun, apalagi perempuan dan anak-anak," katanya kepada Liputan6.com, Senin (13/6/2022).

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Edukasi Diri dan Orang Sekitar

Annas menyebut, keresahan dirasakan oleh teman-teman wanitanya sesama penikmat sepak bola ketika ingin menyaksikan pertandingan sepak bola, di mana mereka akan menjadi korban seksisme. 

"Seharusnya sesama penikmat sepak bola yang juga ingin di setarakan tanpa ada embel tindak perilaku yang tidak sesuai ketika mereka menjadi korban nya (seksisme)," ujar dia. 

Menurutnya, untuk memberikan edukasi dirinya bersama rekan-rekannya sesama suporter yang aktif sebagai mahasiswa juga waib memberikan pemahaman-pemahaman melalui diskusi yang berkaitan dengan seksisme seperti yang dilakukan pihaknya saat ini.

Diskusi tersebut masih dalam rangka diskusi dari tema 'Our Movement Our Roots' yang masif semoga akan berlanjut sampai ke depan dengan berbagai pembahasan dari beberapa sudut pembahasan. Ia melanjutkan, diskusi tersebut baru awal pihaknya mengajak campaign dalam hal pemahaman seksisme di dalam ruang lingkup sepak bola.

"Natusias peserta diskusi cukup bagus dari berbagai kalangan, sehingga kesadaran suporter kita dalam berdiskusi semoga semakin lebih masif lagi," ujarnya.

Sementara itu, Diajeng Vayantri Dewi Divianta atau yang karib disapa Divi narasumber dari perwakilan suporter perempuan menjelaskan, seksisme terjadi lantaran adanya hal yang membuat kaum wanita menjadi obyek pandangan seksual laki-laki. Salah satunya dari cara berpakaian dan melakukan edukasi mulai dari orang-orang di sekitar suporter perempuan itu sendiri.

"Seksisme tidak akan terjadi jika kita bisa menjaganya mulai dari diri kita (cara berpakaian) dan mengedukasi orang-orang terdekat. Jika mau nonton bola ingatkan saudara, adik atau istri, untuk tidak sendirian datang ke stadion dan berpakaian tidak terbuka. Harus berani menegur, jika memang ada laki-laki yang yang melecehkan. Saya yakin jika berani menegur di dalam stadion pasti kita akan mendapat dukungan," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.