Sukses

Jeritan Hati Seorang Ibu di Binjai, Berharap Sang Anak Segera Dievakuasi dari Ukraina

Tangisan Ritami pecah usai telekonferensi dengan pihak Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Ukraina. Telekonferensi berlangsung di Command Center (BCC) Balai Kota Pemko Binjai, Jalan Jenderal Sudirman, Kora Binjai, Sumatera Utara (Sumut).

Liputan6.com, Binjai Tangisan Ritami pecah usai telekonferensi dengan pihak Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Ukraina. Telekonferensi berlangsung di Command Center (BCC) Balai Kota Pemko Binjai, Jalan Jenderal Sudirman, Kora Binjai, Sumatera Utara (Sumut).

Sambil membawa foto bergambar Muhammad Raga Prayuga, Ritami berlinang air mata ketika memberikan keterangan kepada para wartawan terkait kondisi sang anak yang saat ini sedang berada di Chernihiv, Ukraina.

Ukraina saat ini sedang dalam kondisi perang dengan Rusia. Sedangkan anak Rutami, Muhammad Raga Prayuga, bersama 8 orang warga Binjai dan Langkat, sedang di Ukraina berstatus pekerja di pabrik plastik milik orang Jordania.

Ritami mengatakan, sebenarnya Raga sudah mau pulang ke Indonesia karena mendengar kabar soal perang. Hanya saja prosesnya sangat lambat, hingga akhirnya Raga bersama rekan-rekannya tertahan di tengah kondisi perang Rusia dengan Ukraina.

"Kalau berdasarkan kontrak, bulan September 2022 ini kontraknya habis," kata Ritami, warga Jalan Perintis Kemerdekaan, Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara, Binjai, Senin (7/3/2022).

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mencoba Tenang

Disebutkan Ritami, sebagai seorang ibu dirinya sempat mencoba menenangkan diri dan berharap anaknya bersama rekan-rekannya bisa segera dievakuasi dari Ukraina, dan pulang ke rumah masing-masing dengan keadaan selamat.

"Tapi, dari rekaman-rekaman video yang dikirim Raga dan saya lihat langsung, ada suara ledakan bom, lalu ada suara “lari, lari,” bagaimana saya bisa tenang," ucapnya.

"Saya ngerti, anak saya akan dievakuasi jika situasi sudah aman. Tapi saya belum bisa tenang, karena anak saya belum dievakuasi sampai saat ini," lanjutnya.

Rutami juga mengatakan, saat komunikasi ke anaknya sempat memberi pesan agar jangan posting-posting di media sosial (medsos), takutnya nanti orang yang tidak paham merespons negatif. Namun Raga bersikeras untuk memposting di medsos, agar Pemerintah Indonesia tahu kondisi mereka seperti apa.

"Di situlah hancur perasaan saya, berarti kondisinya lagi bahaya di sana. Dia anak baik, saya gak punya harta apa-apa lagi selain dia," ucapnya berurai air mata.

3 dari 3 halaman

Tulang Punggung Keluarga

Diungkapkan Ritami, Raga merupakan tulang punggung keluarga setelah ia dan suaminya berpisah. Raga bekerja untuk membantu ekonomi keluarga sekaligus membiayani adiknya yang sedang bersekolah di tingkat SMA.

"Umur Raga 21 tahun, dia tulang punggung keluarga. Dia (Raga) berharap, kalau pulang ke rumah dengan kondisi selamat, mau peluk saya," ungkapnya.

Saat ini ada 9 orang warga Binjai dan Langkat tertahan di tengah kondisi perang Ukraina dengan Rusia. Mereka berlindung di salah satu bungker untuk menyelamatkan diri, sembari menunggu proses evakuasi dari pihak Indonesia.

Dalam telekonferensi dengan pihak Dubes Indonesia untuk Ukraina di BCC Balai Kota Pemko Binjai, Jalan Jenderal Sudirman, Kota Binjai, disebutkan pihak Dubes Indonesia sedang berupaya mengevakuasi 9 Warga Negara Indonesia (WNI) tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.