Sukses

Ridwan Kamil Bercita-cita Jadikan Bandung Kota Ramah Film

Ridwan Kamil berpendapat sejumlah tempat di Bandung berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi syuting.

Liputan6.com, Bandung - Tak hanya ramah HAM, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil juga ingin mewujudkan Kota Kembang sebagai kota ramah film. Hal itu tercetus setelah ia berkunjung ke Selandia Baru, pekan lalu.

Menurut orang nomor satu di Kota Bandung itu, hampir 20 persen turis yang melancong ke Selandia Baru setelah menonton sejumlah film. Tercatat beberapa film laris dunia memanfaatkan Selandia Baru sebagai latar film mereka, seperti Lord of the Ring, The Hobbit dan Kingkong.

"Mereka menggunakan film sebagai alat promosi. Nah, itu saya ingin belajar yang kerennya di Selandia Baru," kata Ridwan Kamil saat ditemui di Balai Kota Bandung, Senin, 11 April 2016.

Lelaki yang akrab disapa Emil itu berpendapat sejumlah tempat di Bandung berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi syuting. Mencontek cara Selandia Baru, Pemkot Bandung akan menyediakan fasilitas pendukung, seperti kamera video dan alat produksi film lainya.

"Jadi, orang datang itu tinggal bawa duit dan bawa ide. Ini contoh yang paling progresif membuat kota ramah film dengan menyediakan fasilitasnya. Saya kira ini cocok dengan Jawa Barat atau Bandung," kata Emil.

Kepergian Emil ke Selandia Baru dalam rangka memenuhi undangan pemerintah setempat. Selandia baru menganugerahi Ridwan Kamil sebagai wali kota terbaik se-Asia Tenggara.

Namun, bukan penghargaan itu yang membuat arsitek andal terharu. Hatinya tergetar saat bendera merah putih berkibar di gedung DPR Selandia Baru.

"Jadi, pas saya datang walaupun hanya 45 menit ternyata parlemen mengibarkan bendera merah putih. Itu kebanggaan, terharu," kata Emil.

Dalam kesempatan itu, Emil mewakili Pemkot Bandung sepakat bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk mengantisipasi gempa dan cara penanggulangan bencana. Ia mengungkapkan Selandia Baru menerapkan sistem anti-bencana yang baik sehingga warga tidak panik.

Bentuknya adalah ruang komando khusus bencana. Sistem itu selalu siaga dan disimulasikan untuk memantapkan kesiagaan.

"Ruang itu tidak pernah dipakai kecuali saat bencana. Kalau bencana terjadi, si ruangan itu kayak command center bisa mengatur. Grup-grup yang berkoordinasi dengan kebencanaannya ada grup kesehatannya, makanannya, keamanannya, besar ruangannya," ujar Emil.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.