Sukses

Tanggapan Hyundai Soal Ioniq 5 yang Disorot karena Banyak Masalah

Sebagai produk mobil listrik terbaru yang diminati di pasaran, selalu ada saja cerita yang menghampiri Hyundai Ioniq. Tidak cuma yang bernada manis, yang negatif pun banyak dan kerap diungkap melalui media sosial

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai produk mobil listrik terbaru yang diminati di pasaran, selalu ada saja cerita yang menghampiri Hyundai Ioniq. Tidak cuma yang bernada manis, yang negatif pun banyak dan kerap diungkap melalui media sosial.

Pertama pengalaman Sammy Bramantyo, personel band Seringai. Ia mengeluhkan waktu tunggu Hyundai Ioniq 5 yang lama. Dirinya mengungkapkan sudah menunggu sampai 10 bulan dari janji tenaga penjual selama 6 bulan.

Masalah datang saat dirinya ditawarkan bisa langsung mendapatkan unit dengan menambah dana Rp50 juta. Ia menolak praktek yang disebut menyerobot antrian inden dan meminta dana miliknya dikembalikan.

Menanggapi cerita ini, Chief Operating Officier PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Makmur, enggan berkomentar. Menurutnya kasus tersebut merupakan kesepakatan antara pembeli dan penjual.

HMID selaku ATPM tidak bisa berkomentar karena itu merupakan ranah diler, pihak pabrikan sendiri sudah mengeluarkan manufacturer suggested retail price (MSRP).

"Jadi itu kesepakatan yang terjadi antara pembeli dengan penjual. Jadi kalau menurut saya, terus terang saja juga tidak bisa berkomentar banyak. Kalau memang ada oknum sales yang melakukan itu, kami juga mesti cek dulu. Jadi menurut saya tergantung kesepakatan masing-masing," ucap Makmur yang ditemui, Selasa (11/4/2023) lalu.

Sayangnya saat ditanyakan mengenai langkah konkrit yang dilakukan HMID selaku ATPM, Makmur tidak bisa menjelaskan panjang lebar. Termasuk apakah pihaknya akan turun tangan memberikan sanksi dan hukuman pada praktek-praktek tenaga penjual nakal seperti itu.

Masalah kedua yang menjadi perhatian netizen adalah kasus Ioniq 5 tidak bisa dihidupkan. Padahal umur unit masih terhitung baru dan pemilik harus men-jumper mobil listriknya untuk mengoperasikan mobil.

Pengalaman ini diunggah oleh akun Tiktok @abdullahzaenudin yang menceritakan unit Ioniq 5 miliknya sudah tiga kali masuk bengkel. Salah satu problem mobil tidak bisa dinyalakan setelah mati lebih dari delapan jam.

Pihak Hyundai mengungkapkan masih menginvestigasi masalah yang dialami konsumen tersebut. Beberapa langkah yang dilakukan adalah melakukan pengecekan langsung ke pabrik Hyundai di Cikarang.

"Kita lagi cek kenapa bisa sampai seperti itu. Jadi memang ini suatu hal yang baru, produk ini banyak fiturnya, full elektrik, jadi ada macam-macam teknologinya. Kita lagi lakukan pengecekan kenapa bisa terjadi. Kita lagi investigasi," ucap Makmur.

Makmur mengingatkan, Hyundai serius memberikan layanan purnajual dan siap bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terjadi. Ia meyakinkan konsumen tidak perlu khawatir karena ada jaminan garansi kendaraan.

"Kita berikan garansi dasar dan baterai. Jadi silahkan kalau ada keluhan langsung ke call center kita," ucap Makmur.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Masalah Sebelumnya

Masalah Ioniq 5 sebelumnya yang sempat dibahas netizen adalah soal baterai drop dari 80 persen ke 0 persen. Ketika itu, unit Ioniq 5 milik Ashram menjadi perhatian.

Ternyata setelah diselidiki, masalah timbul karena sistem proteksi Battery Management System. Sistem mendeteksi salah satu modul baterai memiliki tegangan berbeda. Ketika proteksi aktif maka sistem akan menonaktifkan prosedur pengisian baterai sehingga mencegah potensi gangguan pada modul baterai lainnya.

Sempat ramai dibahas adalah soal masalah cat yang mengelupas. Ini diceritakan Bernard Widianto yang mengunggah ke akun Instagram miliknya memperlihatkan cat Ioniq 5 miliknya terkelupas menggunakan lakban. Solusi yang ditawarkan Hyundai saat itu adalah pemeriksaan ke pabrik.

Melihat antusiasme masyarakat terhadap Ioniq 5, Hyundai wajib menjaga kepercayaan masyarakat. Terlebih, tren kendaraan listrik yang digaungkan akhir-akhir ini bisa tercoreng akibat penanganan masalah yang berlarut-larut. Ekspektasi masyarakat terhadap produk EV yang dibanderol Rp 700 jutaan cukup tinggi.

Di sisi lain, masyarakat juga perlu mengedukasi dirinya terkait kendaraan listrik. Teknologi yang berbeda dibandingkan kendaraan konvensional membuat potensi timbulnya masalah saat pemakaian EV di kemudian hari cukup tinggi.

Edukasi mengenai teknologi pengisian daya hingga cara kerja motor listrik dapat membantu gegar teknologi yang mungkin terjadi.

Sumber: Oto.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.