Sukses

5 Pernyataan Megawati di Penganugerahan Trisakti Tourism Award 2025, dari Nasi Goreng hingga Pemilu

Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyampaikan sejumlah hal dalam pidatonya di acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025.

OlehArviola Marchsyalina SyurgandariDiperbarui 09 Mei 2025, 21:12 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2025, 03:03 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menyampaikan sejumlah hal dalam pidatonya di acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 yang berlangsung di Puri Agung Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis, 8 Mei 2025 malam.

Dalam pidatonya, Megawati sempat berkelakar tentang seorang tokoh yang mengaku rindu dengan nasi goreng buatannya. Ia menyebut, sosok yang kangen dengan masakannya itu adalah seorang Presiden, meski tak menyebutkan nama secara langsung.

Awalnya, Megawati mengungkapkan jika dirinya mendaftar sebagai chef atau juru masak, akan diterima dengan mudah. Sebab, dia mahir dalam memasak. Namun, Megawati sambil berkelakar enggan memasakkan makanan untuk para kader PDIP.

“Saya jelek-jelek begini, kalau saya daftar sebagai chef, pasti diterima. Betul, loh. Itu nggak bohong, loh. Di mana saja, masa hoaks. Sudah Presiden Kelima, sudah begitu Ketua Umum partai, terus suruh masakin, terus kasih kamu, ya, nggak, lah. Masa masakin buat kalian,” ujar Megawati dikutip dari keterangan tertulis.

Meski begitu, Megawati mengatakan bahwa ada sosok yang kangen dengan masakan dirinya. Bahkan, kerap menanyakan kapan dibuatkan masakan itu untuk sosok tersebut.

Selanjutnya, Megawati juga menyinggung soal usulan tanah subur di Bali tidak dikonversi atau tidak boleh diubah-ubah. Ia meminta para kepala daerah dari PDIP meniru apa yang dilakukan Gubernur Bali I Wayan Koster dengan membuat peta pembangunan 100 tahun Bali. Menurutnya, hal itu tak boleh ditentang pemerintah pusat, sebab demi kebaikan rakyat.

 

Berikut sederet pernyataan Megawati dalam acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award, dihimpun oleh Tim News Liputan6.com:

 

2 dari 6 halaman

1. Megawati: Ada Presiden yang Bolak Balik Tanya Kapan Dimasakin Nasi Goreng

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, mengungkapkan jika ada tokoh yang kangen dengan masakan nasi goreng miliknya.

Sambil berkelakar, Megawati menyebut jika sosok yang kangen dengan nasi goreng buatannya adalah seorang Presiden. Tapi, dia tidak menyebut siapa Presiden yang dimaksud.

Hal itu diungkapkannya saat pidatonya di acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 yang digelar di Puri Agung Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada Kamis (8/5/2025) malam.

Awalnya, Megawati mengungkapkan jika dirinya mendaftar sebagai chef atau juru masak, akan diterima dengan mudah. Sebab, dia mahir dalam memasak. Namun, Megawati sambil berkelakar enggan memasakkan makanan untuk para kader PDIP.

“Saya jelek-jelek begini, kalau saya daftar sebagai chef, pasti diterima. Betul, loh. Itu nggak bohong, loh. Di mana saja, masa hoaks. Sudah Presiden Kelima, sudah begitu Ketua Umum partai, terus suruh masakin, terus kasih kamu, ya, nggak, lah. Masa masakin buat kalian,” ujar Megawati dikutip dari keterangan tertulis.

Meski begitu, Megawati mengatakan bahwa ada sosok yang kangen dengan masakan dirinya. Bahkan, kerap menanyakan kapan dibuatkan masakan itu untuk sosok tersebut.

Megawati pun menyebut jika sosok itu adalah Presiden. Tetapi, ia tak merinci siapa Presiden yang dimaksud.

“Yang masih nanyain terus, tahu nggak siapa? Rahasia, ya. Siapa?” ucap Megawati.

“Presiden bolak-balik nanya kapan aku dibikinin nasi goreng, Mbak, ya? Yo, Presiden siapa, ya? Hehe. Itu senang banget, loh,” sambung dia.

Megawati pun melanjutkan kelakarnya. Dia menanyakan kepada para kader PDIP apakah mau dibuatkan nasi goreng buatannya.

“Nanti, ya, siapa mau nasi goreng Ibu Mega? Ya, tapi bayar, loh. Gimana nggak bayar. Masa saya selalu dalam posisi tertekan,” kelakar Megawati lagi.

 

3 dari 6 halaman

2. Megawati Tegaskan Tanah Subur Bali Milik Negara untuk Rakyat, Tak Boleh Dikonversi

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri mengusulkan agar tanah subur di Bali tidak dikonversi atau tidak boleh diubah-ubah.

Hal itu disampaikan Megawati dalam sambutannya di acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award 2025 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Awalnya, Megawati meminta para kepala daerah dari PDIP meniru apa yang dilakukan Gubernur Bali I Wayan Koster dengan membuat peta pembangunan 100 tahun Bali. Menurutnya, hal itu tak boleh ditentang pemerintah pusat, sebab demi kebaikan rakyat.

"Yang saya minta apa? Orang asing? Oh, bukan. Yang nomor satu adalah apa? Tanah subur di Bali dikonversi. Apa artinya dikonversi? Tidak boleh diubah. Dia adalah milik negara untuk rakyat," kata Megawati dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (9/5/2025).

Menurutnya, tanah Bali bisa digunakan untuk rakyat, misalnya untuk menghasilkan pendapatan.

"Bisa mengolah, mencari makannya. Mengerti? Awas nggak mengerti dan tidak dilaksanakan. Kalau Bali saja bisa, masak daerah lain tidak bisa," katanya.

 

4 dari 6 halaman

3. Megawati Ungkap PDIP Babak Belur pada Pemilu 2024, Namun Rakyat Tetap Memilih

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengungkapkan kondisi partainya pasca Pemilu 2024. Megawati berterima kasih kepada rakyat yang masih menjadikan PDIP pemenang pemilu.

Namun, Megawati juga menyebut PDIP sebenarnya mengalami masa sulit dan menyebut partainya "babak belur" setelah hasil pemilu diumumkan.

Hal itu diungkapkan Megawati dalam pidatonya di acara Penganugerahan Trisakti Tourism Award (Desa Wisata) 2025 yang digelar di Puri Agung Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, pada Kamis malam, 8 Mei 2025.

"Saudara-saudara sekalian, anak-anakku yang saya cintai, coba pikirkan. Kemarin Pemilu, saya enggak pernah ngomong. Tapi sekarang saya sentil lagi sedikit. Why? Setelah babak belur kayak begitu, babak belur apa nggak? Haah kan enggak ngaku toh. Babak belur apa tidak?” ujar Megawati dikutip dari keterangan tertulis.

“Babak belur!” jawab ribuan kader PDIP.

Mega mengaku kecewa karena beberapa kader yang diprediksi terpilih justru gagal. Sebagai Ketua Umum, Megawati mengaku bertanggung jawab atas proses penentuan calon legislatif dan menyayangkan adanya kader yang tidak bekerja maksimal di lapangan.

"Enggak percaya? Saya panggil nanti orangnya. Kenapa, yang harusnya jadi enggak jadi. Dan saya bertanggung jawab bahwa, saya kan tahu orang-orang ini. Bener rajin, bener tidak. Hanya mau jadi, saya kan bisa. Siapa suruh jadi ketua umum? Jadi saya bisa memberi nilai. Jadi saya sudah yakin bahwa ini pasti akan jadi," tegasnya.

Megawati kemudian cerita pengalamannya terpilih menjadi anggota DPR tiga periode berturut-turut di era Orde Baru, yang menurutnya tak lepas dari kedekatannya dengan rakyat.

"Nah, kenapa, karena saya suka ke bawah. Karena apa, seperti apa keadaannya? Ya kurang lebih kayak yang kemarin. Itu kan saya jadi terus. Kenapa? Turun ke bawah. Turun ke bawah ke mana, ke akar rumput. Akar rumput siapa? Ya rakyat," kata Megawati.

 

5 dari 6 halaman

4. Megawati Ingatkan Revisi UU Pemilu Bukan Hanya Demi Kekuasaan

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyingung revisi Undang-undang Pemilu yang akan digarap DPR. Megawati mengaku belum mengetahui wacana revisi UU Pemilu tersebut.

"Ini mau berubah pula Undang-Undang Pemilu. Saya belum tahu," kata Megawati dalam pidatonya di acara Trisakti Tourism Award, di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Kamis (8/5/2024).

Megawati menegaskan revisi nantinya tidak boleh hanya demi kekuasaan semata. Ia mengingatkan bahwa bukan untuk membeli kekuasaan.

"Tapi please niatnya negara untuk melakukan pemilu itu bukan untuk mencari seseorang akhirnya membeli kekuasaan. Pada saat sekarang. Orang hanya berpikir seperti itu. Saya lihatin aja," ujarnya.

 

6 dari 6 halaman

5. Megawati: Tiap Ganti Pejabat Ganti Peraturan, Seperti Poco-Poco

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mempertanyakan peraturan dan kebijakan di Indonesia selalu berganti setiap berganti pimpinan atau presiden. Dia bahkan mengibaratkan perubahan layaknya tarian poco-poco.

"Gawat ini republik ini. Maunya itu opo. Aturan bolak-balik gonta ganti. Saya bilang seperti nari poco-poco," kata Megawati pada acara Trisakti Tourism Award di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

Megawati menilai, sebaiknya kebijakan dan aturan satu kali saja tanpa perlu terus berganti setiap ada pergantian.

"Mbok ya satu kali saja, gitu loh. Ganti menteri, ganti presiden, ya jangan langsung ganti aturan. Sudah ada yang mau dijalankan, terus diganti, itu bagaimana?" ujarnya.

Megawati mengaku sedih dengan terus berubahnya kebijakan, sebab hal itu akan merugikan masyarakat.

"Saya sedih. Saya kenapa berani ngomong begini? Karena ini kebenaran," tambahnya.

Megawati menilai, harus ada perencanaan pembangunan yang matang dan untuk jangka panjang agar tidak lagi terjadinya perubahan kebijakan.

"Supaya tidak poco-poco. Sudah bagus, karena ganti aturan mundur lagi. Mending mundurnya sama. Kalau ini maju dua langkah, tahu-tahu mundur lima langkah," pungkasnya.

EnamPlus