Sukses

Sahroni soal Kasus Dugaan Penganiayaan di PTIK: Polri Harus Objektif

Kasus penganiayaan terhadap seorang remaja berinisial MFB (16) yang diduga dilakukan anak perwira menengah Polri berpangkat kombes, mendapat sorotan.

Liputan6.com, Jakarta Kasus penganiayaan terhadap seorang remaja berinisial MFB (16) yang diduga dilakukan anak perwira menengah Polri berpangkat kombes, mendapat sorotan.

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni. meminta Polri untuk objektif dalam mengusut dugaan yang ada.

“Saya meminta penegak hukum harus objektif dalam mengusut dugaan yang ada. Tidak peduli pelaku dan korban anak siapa atau punya jabatan apa, hukum tidak boleh pandang bulu,” kata dia dalam keterangannya, Senin (21/11/2022).

Politikus NasDem ini juga meminta mindset ini diterapkan dalam semua kasus yang ditemui oleh aparat penegak hukum di lapangan.

Sebab tidak semua kasus viral dan dapat pengawalan langsung dari masyarakat.

“Mindset ini yang saya kira harus dipahami baik-baik oleh seluruh aparat penegak hukum. Karena pasti dalam perjalanannya, kasus-kasus yang melibatkan kedekatan dan kekuasaan akan banyak ditemui. Saya harap aparat akan dapat selalu objektif dan tulus dalam tangani semua kasus,” pungkas Sahroni.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berawal dari Candaan

Sebelumnya, kasus penganiayaan terhadap seorang remaja berinisial MFB (16) yang diduga dilakukan anak perwira menengah Polri berpangkat kombes berawal dari candaan.

Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi mengatakan, hal ini terungkap usai mendapat informasi dari penyidik.

Kasus ini dilaporkan oleh korban ke Polres Metro Jaksel pada Sabtu (12/11/2022) pagi. Korban MFB (16) mengaku jadi korban pemukulan dari ERB.

Menurut Nurma, antara korban dengan terduga pelaku pemukulan sama-sama peserta bimbel persiapan masuk Akademi Kepolisian (Akpol).

"Jadi biasannya mereka juga adalah teman bercanda. Cuma waktu itu mungkin ada sesuatu sekiranya mungkin permasalahan, kemudian yaitu terjadi pemukulan," kata dia Nurma di Polres Metro Jaksel, Jumat (18/11/2022).

Nurma menerangkan, pihaknya masih menggali motif pemukulan. Dugaan sementara, akibat bercanda masalah topi.

"Pemicu adalah mereka bercanda, kemudian topi yang dipakai masih ada di korban. Jadi, itu saja pemicunya, jadi engga terlalu bermasalah. Cuman ini kan anak kecil. Mungkin emosinya belum stabil," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.