Sukses

Menginap di Rumah Guru, Nadiem Makarim Ingin Merasakan Keseharian Guru Penggerak

Maksud Nadiem menginap di kediaman Ibu Nuru adalah demi belajar dari keseharian Guru Penggerak.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim menginap di rumah salah satu guru saat berkunjung ke Yogyakarta, Senin, 13 September 2021. Nadiem menginap di rumah Khoiry Nuria Widyaningrum atau akrab disapa Ibu Nuri, guru SDN Jetisharjo, Kabupaten Sleman.

Bu Nuri merupakan salah satu calon Guru Penggerak angkatan ketiga.

“Mohon maaf mengganggu, Ibu. Saya ingin mampir. Apakah boleh?,” ucap Nadiem di teras kediaman keluarga Ibu Nuri.

Maksud Nadiem menginap di kediaman Ibu Nuru adalah demi belajar dari keseharian Guru Penggerak. “Program Guru Penggerak itu adalah salah satu program terpenting Kemendikbudristek, karena program ini adalah regenerasi pemimpin-pemimpin sekolah. Kalau saya tidak lagi menjabat sebagai Menteri, yang akan meneruskan transformasi pendidikan adalah para Guru Penggerak,” terang Nadiem Makarim.

“Saya ingin merasakan langsung keseharian sebagai calon Guru Penggerak agar saya lebih memahami. Saya ingin tahu suka dan duka Ibu Nuri sebagai guru. Boleh, Ibu, saya minta izin menginap?," sambungnya.

Duduk santai bersama Ibu Nuri dan keluarga di ruang tamu, Nadiem mengatakan bahwa dirinya menangkap ada benang merah ketika bertemu dengan para calon Guru Penggerak di berbagai daerah di Indonesia. 

“Karakter calon Guru Penggerak itu lugas dalam menyampaikan pendapat dan gagasan. Terutama, saya selalu melihat ada keresahan dalam diri guru-guru yang saya temui. Mereka semua ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas pendidikan,” kata Nadiem. 

Ibu Nuri sendiri mengaku tidak menyangka dirinya akan dikunjungi Nadiem. Begitupun suaminya yang seorang guru SD Muhammadiyah Domban 3 dan kedua orang tuanya yang juga pensiunan guru sekolah Muhammadiyah. Mereka mengaku terkejut sekaligus bahagia. “Saya masih berpikir, sekelas Mas Menteri mana mungkin datang ke rumah?” ucap Ibu Nuri. 

Ibu Nuri yang pernah mengenyam delapan tahun sebagai guru dan tiga tahun sebagai kepala sekolah di sekolah Muhammadiyah, kini memilih menjadi guru di sekolah negeri. Ia mengaku, “Di sinilah saya menemukan bahwa benar pendidikan memang harus ditransformasi. Kenapa sekolah negeri pinggiran tempat saya mengajar tidak sebagus sekolah swasta? Kemudian saya merasa tergerak."

Nuri bercerita soal alasan memilih kembali menjadi guru padahal tadinya sudah menyandang status kepala sekolah, Ibu Nuri menyinggung beban administrasi yang dialami sebagai kepala sekolah sehingga membuatnya tidak leluasa mengajar. 

“Ibu sepertinya sepakat dengan saya, bahwa administrasi pendidikan itu tidak sama dengan pembelajaran. Administrasi tidak ada hubungan langsung dengan murid dan hanya mengikuti aturan. Sementara, tugas guru yang sebenarnya adalah untuk fokus memberikan pembelajaran yang bermakna bagi murid,” tanggap Nadiem.

Ibu Nuri langsung menambahkan, bahwa dirinya menyambut positif kebijakan penghapusan Ujian Nasional atau UN.

“Saya juga suka kebijakan Mas Menteri menghapus UN. Saya senang sekali," sebutnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Guru Penggerak

Nadiem Makarim menyampaikan, guru yang mengikuti Program Guru Penggerak memiliki kesempatan untuk menjadi kepala sekolah. Bahkan ke depannya, kata Nadiem program ini bakal menjadi syarat untuk mengecap posisi sebagai kepala sekolah. 

Guru Penggerak merupakan program yang dirancang untuk memberikan pembekalan kompetensi kepada para guru mulai dari jenjang TK/PAUD hingga SMA, guna menyiapkan pemimpin pembelajaran masa depan.

"Ke depan, kalau mau punya karier sebagai kepala sekolah, tentu harus melewati program Guru Penggerak, karena ini bukan cuma program penguatan, tapi juga kepemimpinan," terang Nadiem dalam keterangan tulis dikutip pada Minggu (14/2/2021).

Nadiem berharap dengan mengikuti Program Guru Penggerak para guru dapat mengubah pola pikir untuk selalu mengutamakan siswa dalam proses pembelajaran. Pasalnya menurut dia ada yang salah dalam proses pembelajaran di sistem pendidikan Indonesia saat ini.

"Sebenarnya, melalui Program Guru Penggerak Kemendikbud bukannya mau mengajari menjadi guru. Semua guru yang baik tahu bahwa ada yang tidak beres dengan cara kita mengajar. Prosesnya ada yang salah. Padahal insting guru itu sudah benar. Jadi tugas Kemendikbud adalah memerdekakan insting itu," ujar dia.

Untuk angkatan pertama, Program Guru Penggerak dibatasi hanya untuk 2.800 orang. Nadiem memastikan selanjutnya kuota Program Guru Penggerak akan ditambah, seiring dengan tingginya minat para guru.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.