Sukses

Cari Kotak Hitam Lion Air, KNKT Pakai Kapal yang Bisa Komunikasi dengan Penyelam

Dengan kapal yang digunakan oleh KNKT saat ini untuk mencari kotak hitam sudah menggunakan alat yang dibilang cukup canggih.

Liputan6.com, Jakarta - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih terus mencari black box Cockpit Voice Recorder (CVR) milik pesawat Lion Air PK-LQP dengan kode penerbangan JT610. Pesawat yang ditumpangi 178 orang ini jatuh di perairan Tanjung Kerawang, Bekasi, Jawa Barat, pada 29 Oktober 2018.

Investigator Senior Komite Nasional Keselamatan Penerbangan (KNKT), Ony Suryo Wibowo mengatakan, pihaknya mencari kotak hitam yang belum ketemu saat ini, dengan cara yang berbeda.

"Kalau yang lama hasilnya sama, yang dari Johor kapalnya enggak pakai jangkar. Kalau yang dulu pakai jangkar, lego jangkar. Mereka pakai kapal yang sebutannya dynamic positioning. Itu kapalnya digoyang ombang ke mana-mana akan kembali ke lokasi yang kita inginkan," kata Ony di Kantor KNKT, Jakarta Pusat, Kamis (29/11/2018).

Dengan kapal yang digunakan oleh KNKT saat ini untuk mencari kotak hitam sudah menggunakan alat yang dibilang cukup canggih. Karena bisa melakukan komunikasi dengan para penyelam di dasar perairan.

"Kedua, penyelam pakai alat khusus, pakai alat komunikasi. Sekarang kan enggak pakai tuh antara yang di bawah dengan yang di atas. Dengan kapal ini, fasilitasnya adalah penyelam bisa berkomunikasi. Kita bisa lihat live apa yang mereka lakukan," jelasnya.

"Ketiga, semua barang saat ini terpendam dalam lumpur. Lumpur harus dipindahkan. Kalau cuma disapu, maka debunya ke mana-mana, pandangan akan terbatas. Karena itu pakai yang namanya penyedot lumpur. Kita lihat dalam lumpur itu ada apa, syukur kalau dapat CVR," sambung investigator senior KNKT itu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Akan Rekonstruksi

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) akan meneruskan investigasi terhadap Lion Air PK-LQP selama 12 bulan untuk mencari penyebab kecelakaan. Kemudian pihaknya juga akan berkoordinasi dengan National Transportation Safety Board Amerika (ATSB) sebagai negara tempat pesawat dibuat dan dirancang serta Transport Safety Investigation Bureu (TSIB) Singapura.

"KNKT masih melakukan pencarian black box, hanya saya membutuhkan kapal tanpa jangkar, alat sedot lumpur yang mungkin akan terlihat. Dan alat untuk cran yang lebih besar, alat selam yang lebih lama dalam air serta penyelam yang lebih banyak," kata Nurcahyo di kantornya saat konferensi pers soal kecelakaan penerbangan Pesawat Lion Air PK-LQP, Rabu 28 November 2018.

Dia menjelaskan pihak KNKT terus berkoordinasi dengan Singapura untuk membantu mencari black box. Tidak hanya itu, pihaknya juga akan melakukan rekonstruksi penerbangan di pabrik boeing di Seattle, Amerika Serikat.

"Investigasi akan merencanakan melakukan rekonstruksi penerbangan yang mengalami kecelakaan di enginering simulator fasilitas yang dimiliki oleh Boeing sebagai pabrik pembuat pesawat. Ada beberapa hal yang akan dilakukan, salah satunya adalah merekonstruksi kecelakaan ini berdasarkan data FDR," ungkap Nurcahyo.

Nurcahyo juga menjelaskan pihaknya akan melakukan pemeriksaan di Florida di mana angle of attack (AoA) sensor yang terpasang di pesawat sempat diperbaiki fasilitas di Florida.

"Jadi KNKT juga akan melakukan pemeriksaan mengenai fasilitas yang di Florida ini, apa yang dilakukan, apa kerusakan yang dialami, bagaimana perbaikan dan hasil tes yang dilakukan terhadap AoA sensor yang terpasang di pesawat," papar Nurcahyo.

 

Reporter: Nur Habibie

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.