Sukses

PSI: Intimidasi di CFD, Bukti Ruang Publik Masih Didominasi Pria

Dara menilai, pelecehan yang terjadi di CFD merupakan sebuah upaya pembatasan hak bagi perempuan untuk menyuarakan pilihan politiknya.

Liputan6.com, Jakarta - Terjadinya dugaan intimidasi yang menimpa seorang ibu dan anak dalam acara Car Free Day (CFD) di Bunderan HI menunjukkan bahwa ruang publik masih milik laki-laki.

Arena CFD, sebagai sebuah ruang publik, seharusnya dapat diakses secara aman dan nyaman oleh siapapun, termasuk perempuan dan anak.

"Dalam video yang viral itu, terlihat ibu dan anaknya sedang berjalan di arena CFD lalu dikerubungi dan dilecehkan secara fisik oleh sekelompok laki-kali. Itu masuk dalam kategori pelecehan di ruang publik (street harassment)," kata Juru Bicara PSI Dara Kesuma Nasution Dara melalui siaran pers di Jakarta, Senin (30/4).

"Intimidasi semacam ini menunjukkan adanya upaya untuk membatasi jalanan sebagai arena kekuasaan laki-laki, yang pada akhirnya meminggirkan perempuan," tambah Dara yang juga calon anggota legislatif PSI dari dapil Sumut III itu.

Dara juga merasa pelecehan itu merupakan sebuah upaya pembatasan hak bagi perempuan untuk menyuarakan pilihan politiknya. Seorang ibu yang belakangan diketahui bernama Susi ini memang berada di CFD untuk menyuarakan dukungan pada Presiden Jokowi dengan mengenakan kaos bertuliskan #DiaSibukKerja.

"Tujuan dari street harassment adalah menunjukkan pada perempuan bahwa seharusnya dia tinggal di ruang domestik. Perempuan di rumah saja, jangan turun ke jalan, apalagi menyuarakan aspirasi politik. Urusan politik dianggap terlalu besar untuk dipikirkan perempuan," tutur Dara.

Padahal seharusnya perempuan diberi ruang seluas-luasnya untuk mengekspresikan pilihan politiknya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Contoh Bagi Perempuan Lain

Lebih lanjut, Dara menjelaskan bahwa street harassment menindas perempuan dengan membatasi mobilitas mereka sekaligus mencederai hak untuk bebas bergerak sebagai warga negara.

Banyak perempuan yang berhenti berjalan kaki, mengubah gaya berpakaian, hingga menghindari rute tertentu hanya untuk menghindari street harassment.

"Pada akhirnya, street harassment memaksa perempuan untuk mengubah perilaku sehingga merenggut kesempatan perempuan untuk mengekspresikan diri dengan cara yang ia inginkan," kata dia.

Dara juga mengapresiasi keberanian Ibu Susi dalam merespons para laki-laki yang mengintimidasinya.

"Keberanian Ibu Susi sangat luar biasa. Tidak mudah untuk bertindak asertif, seperti membalas perkataan si pelaku, seperti yang dilakukan Ibu Susi. Apa yang dilakukan Ibu ini adalah contoh bagi para perempuan agar berani mengklaim kembali ruang gerak yang direbut oleh laki-laki," ujar Dara.

Reporter: Iqbal Fadil 

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.