Sukses

Isra Mikraj, Menteri Agama: Islam Datang dengan Wajah Moderat

Memperingati Isra Mikraj, Menag mengimbau setiap warga untuk tidak merusak ‘tenunan’ Indonesia yang sudah dibangun para pendahulu dengan sikap intoleran.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengajak masyarakat untuk menghadirkan wajah agama yang moderat dan unggul dengan karakter wasathiyyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu disampaikannya pada peringatan Isra Mikraj di Istana Bogor beberapa waktu lalu.

"Dengan spirit Isra dan Mikraj, mari kita hadirkan wajah agama yang moderat dan unggul dengan karakter wasathiyyah. Indonesia sebagai bangsa yang besar telah menunjukkan kepada dunia bahwa Islam dengan karakter wasathiyyah-nya dapat merawat kemajemukan yang ada," kata Lukman yang dilansir dari Kemenag.go.id, Jumat (13/4/2018). 

Lukman juga mengimbau setiap warga untuk tidak merusak "tenunan" Indonesia yang sudah dibangun para pendahulu dengan sikap intoleran.

"Hargai keragaman dan bangun kemajuan melalui kebersamaan," ujar Lukman.

Menag Lukman mengatakan, di tengah berbagai persoalan kehidupan berbangsa dan bernegara, warga bangsa perlu menghadirkan agama sebagai oase. Agama yang menyejukkan dalam suasana kedamaian dan agama yang menjadi sumber inspirasi sekaligus sebagai denyut nadi kehidupan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Islam dan Kemanusiaan

Islam, lanjut Lukman, merupakan agama yang sejalan, mengukuhkan, fitrah, dan mengandung nilai kemanusiaan. Dengan begitu, tidak sepatutnya mempertentangkan antara Islam dan kemanusiaan. Sama tidak patutnya mempertentangkan antara Islam dan kebangsaan, karena manusia ditakdirkan hidup berbangsa-bangsa.

Mengutip pandangan ulama besar Imam Nawawi, Menag mengatakan, kata fitrah bisa bermakna Islam dan jalan yang lurus. Islam merupakan esensi ajaran para nabi dan rasul yang datang dengan segala kebaikan dan keunggulan pada ajaran-ajaran terdahulu.

Selain itu, Islam juga datang dengan wajah moderat, jauh dari sifat berlebihan. Sifat terpuji, seperti kata banyak ahli, selalu berada di antara dua kutub ekstrem. Sifat berani, misalnya, adalah pertengahan antara takut dan ceroboh.

"Sifat tengahan (wasathiyyah) dari ajaran Islam bisa dilihat juga dari sifat minuman susu yang dijelaskan Alquran sebagai sa’ighan li al-syaribin, mudah ditelan bagi yang meminumnya," ujar Lukman.

Maka, lanjutnya, wasathiyyah Islam menuntut umatnya untuk toleran dalam menyikapi perbedaan.

Wasathiyyah adalah sebuah metode berpikir dan bersikap yang mempertimbangkan banyak hal, sehingga pandangan dan sikap yang disampaikan sejalan dengan kondisi masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip ajaran agama.

"Islam dengan karakter wasathiyyah inilah yang dulu dibawa oleh para ulama, sehingga terjadi akulturasi budaya yang menghasilkan kearifan lokal bernuansa keagamaan. Rumusan dasar dan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan wujud konkret pemahaman Islam dengan karakter wasathiyyah-nya," tutur Lukman.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.