Sukses

Pesan Film Istirahatlah Kata-Kata Wiji Thukul untuk Jokowi

Film Istirahatlah Kata-Kata tentang kisah Wiji Thukul diharapkan memberikan pesan kepada generasi muda tentang perjaungan masa lalu.

Liputan6.com, Jakarta - Film berjudul 'Istirahatlah Kata-Kata' yang mengisahkan perjuangan Wiji Thukul telah ditayangkan serentak di beberapa bisokop Tanah Air. Seiring pemutaran film ini, keluarga Wiji Thukul dan aktivis lainnya menuntut pemerintah dan lembaga negara lainnya, menyelesaikan penghilangan paksa kepada sejumlah aktivis pada 1997-1998.

Momentum penayangan film ini menurut Ketua Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) Zaenal Mutaqqin, sebagai tonggak bagi pemerintah untuk mengusut hilangnya 13 aktivis dan Wiji Thukul.

Apalagi, kata Zaenal, keluarga Wiji Thukul dan aktivis hilang lainnya menaruh harapan besar kepada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla.

"Kami masih ingat betul bahwa Presiden Jokowi menyatakan pada saat kampanye Pilpres 2014, siapapun yang masih hilang harus dicari, harus dikembalikan," ujar Zaenal di Kantor YLBHI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (25/1/2017).

"Dan Presiden pun telah berjanji menyelesaikan kasus tersebut dimasukkan ke dalam dokumen politik nawacita," dia melanjutkan.

Zaenal mengatakan sebetulnya Jokowi mempunyai kekuatan untuk mengusut kasus penghilangan paksa 1997-1998. Kekuatan yang dimaksudkan ialah adanya modal politik dari rekomendasi DPR pada 28 September 2009 mengenai kasus tersebut.

IKOHI pun berharap Jokowi menjalankan rekomendasi dari DPR dan mencari kejelasan nasib serta keberadaan Wiji Thukul bersama 13 aktivis lainnya.

"Kami dari IKOHI berharap adanya kejelasan dari keberadaan Wiji Thukul dan aktivis lainnya. Apapun kondisi dari mereka sekarang, setidaknya pemerintah memiliki kejelasan tentang keberadaan," ujar dia.

Mengingatkan Generasi Muda

Sementara, Wilson, aktivis 1990 yang juga sahabat Wiji Thukul, mengungkapkan selain mengingatkan pemerintah, film ini juga diharapkan memberikan pesan kepada generasi muda pasca-reformasi, bahwa Indonesia pernah mengalami pembungkaman demokrasi.

"Film Istirahat Kata-Kata ini membantu mengingatkan generasi muda yang menonton film-film tersebut, bahwa Republik ini memiliki masa kegelapan, di mana kekuasaan digunakan secara absolut untuk membungkam suara demokrasi, bahkan takut pada kata-kata dan puisi," kata dia.

Menurut Wilson film ini tidak dikomersilkan karena terlalu mahal makna dari kisah Wiji Thukul. Namun, film ini diharapkan menjadi pengingat negara dan generasi saat ini, untuk menolak lupa bahwa terdapat perjuangan dan pengorbanan meraih kebebasan yang saat ini dinikmati bangsa ini.

"Film Istirahat Kata-Kata menjadi medium publik dan keluarga korban penghilangan paksa, untuk mengingatkan janji Presiden menuntaskan kasus Wiji Thukul dan aktivis lainnya. Dengan dituntaskannya kasus ini, puisi  tidak akan menjadi mimpi buruk bagi Presiden," Wilson menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.