Sukses

Pesan dari Pesisir Lombok

Bagi warga Lombok, kehadiran cacing ke permukaan laut dijadikan peristiwa budaya dibalut legenda dan berbagai pesta yang disebut Bau Nyale.

Liputan6.com, Jakarta - Lombok, pulau pertama sisi sebelah timur setelah garis Wallace dibentangkan secara imajiner di Selat Lombok oleh Alfred Russel Wallace, Ilmuwan Inggris.

Ilmuwan biologi tersebut memisahkan secara geografi fauna yang ada di Kepulauan Malay -- sekarang menjadi Indonesia, Malaysia dan Singapura -- terbagi dalam 2 kelompok besar sisi barat dan timur.

Di kedua bagian tersebut, faunanya memiliki karakteristik yang berbeda. Di sisi timur, misalnya, hidup berbagai fauna yang tidak akan ditemukan di kawasan sebelah barat dari garis Wallace. Fauna yang hidup di kawasan Lombok hanya akan ditemukan di Sulawesi dan sekitarnya hingga Australia.

Bagi penduduk asli yang beragama Hindu, Gunung Rinjani yang tingginya mencapai sekitar 3.700 di atas permukaan laut memiliki arti sangat penting. Puncaknya yang memililiki Danau Segara Anak adalah tempat pemujaan sakral.

Tak jarang, saat ritual digelar di kawasan tersebut, peristiwa seperti badai di atas danau datang tiba-tiba. Bagi peserta, upacara ini adalah salah satu bahasa dewata saat menyampaikan pesan dan hanya dimengerti ketika salah satu peserta mengucapkan kalimat dalam kondisi kesurupan.

Tidak hanya Hindu, agama yang hidup di pulau seluas 5.435 kilometer persegi ini, Islam justru menjadi agama mayoritas penduduk asli Lombok, bahkan sebagian pemeluk Islam di kawasan ini punya cara sendiri saat merayakan hari besar agama. Seperti perayaan Maulid Nabi sangat kultural.

Adapun setiap hari fauna laut memberi nutrisi yang cukup bagi penghuni pesisir Pulau Lombok. Bahkan di kawasan ini hidup kawanan cacing yang keluar ke permukaan laut hanya setahun sekali, yang bahasa lokal dinamai nyale.

Bagi penghuni Lombok Tengah bagian selatan, kehadiran cacing ke permukaan laut dijadikan peristiwa budaya dibalut legenda dan berbagai pesta, yang disebut Bau Nyale.

Bau Nyale artinya menangkap cacing laut yang menyala. Cacing laut ini adalah kelas polychaeta jenis eunice siciliensis, karena terdapat bulu-bulu pada tubuhnya dan memiliki warna hijau kecokelatan dan hanya muncul dalam 1 tahun sekali ketika pemijahan massal.

Nyale adalah hewan yang unik, selain karena warnanya yang menarik, namun juga mengandung nutrisi yang tinggi dan hanya muncul ketika dini hari hingga jelang matahari terbit.

Bagaimana kehidupan masyarakat Lombok dan Festival Bau Nyale ketika dilaksanakan? Saksikan tayangan selengkapnya Potret Menembus Batas SCTV edisi Senin (9/3/2015), di bawah ini. (Dan/Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini