Sukses

Apa Kabar Proses Pengajuan Kebaya Sebagai Warisan Budaya Dunia TakBenda ke UNESCO?

Sejak tahun lalu, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara lainnya untuk mengusulkan pengakuan kebaya sebagai warisan budaya dunia takbenda ke UNESCO.

Liputan6.com, Jakarta - Kebaya adalah salah satu busana nasional Indonesia yang berusia berabad-abad. Keberadaannya kebaya terus berkembang, termasuk dari segi desain yang mencerminkan keragaman budaya di Indonesia. 

Dengan semangat memperkenalkan kebaya ke mata dunia, komunitas kebaya di Indonesia membentuk tim nasional yang mengupayakan dan mengusulkan kebaya kepada UNESCO.

"Ini sebenarnya semangat dari kita semua, di mana kita sering banget mengadakan kegiatan, dan akhirnya kami ada beberapa orang untuk bertemu dengan PMK untuk meminta dukungan," ujar Ketua Tim Nasional Hari Kebaya Nasional, Lana T Koentjoro dalam acara Talkshow "Kebaya Nusantara Pemersatu Bangsa" di Bentara Budaya Jakarta, pada Sabtu, 27 April 2024.

Mereka lalu diundang untuk berdiskusi mengenai Hari Kebaya agar busana itu diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO. Tim Nasional Hari Kebaya pun dibentuk. Lewat komunitas itu, ia berharap misi utama bisa terlaksana. "Selain komunitas pengusul, ada juga komunitas pendukung. Yang sudah menandatangani ada 450-an komunitas," jelas Lana.

Komunitas yang telah dibentuk ini harus mengadakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebaya, salah satunya yaitu diadakan acara Parade Kebaya Nusantara. Dengan begitu, pemerintah bisa membantu menyadarkan masyarakat dan mendukung pengajuan usulan tersebut. 

Sementara, Ketua Komunitas Pertiwi Indonesia, Miranti Serad Ginanjar, mengatakan bahwa banyak hal yang perlu dipersiapkan, termasuk dokumen, dalam proses pengajuan ke UNESCO. Dalam hal ini, Indonesia bergabung dengan empat negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand, sejak tahun lalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dokumen soal Kebaya dari Singapura Terkomplit

Sepanjang proses pengajuan, semua negara mengumpulkan dokumen pendukung yang diperlukan. Singapura, kata Miranti, memiliki dokumentasi terlengkap dan bertugas sebagai ketua dari negara-negara pengusung.

"Kita harus akui, dokumen tentang kebaya, banyak dikumpulkan oleh Sir Stanford Raffles (mantan gubernur jenderal Inggris) dan diserahkan kepada Singapore National Heritage Museum sehingga mereka mempunyai buku yang sangat lengkap tentang kebaya. Harus kita akui," jelasnya.

Miranti mengakui tidak mudah untuk mengumpulkan dokumen-dokumen tentang kebaya. Pihaknya bahkan harus meminta hingga ke museum di Polandia untuk dokumen mengenai sejarah kebaya.

Walau sempat berkecil hati karena Indonesia hanya dapat porsi kecil dalam penyusunannya, ternyata kontribusi Indonesia tetap signifikan. Salah satunya terkait persyaratan bahwa negara pengusung harus punya sekolah yang mengajarkan tentang pola berkebaya. Indonesia memilikinya yang diwakili SMK Nahdlatul Ulama Banat Kudus. "ternyata itu hanya ada di Indonesia," ujarnya. 

Miranti mengatakan proses pengajuan ke UNESCO masih berjalan. Ia memperkirakan hasilnya kemungkinan akan diumumkan di Paraguay pada akhir 2024.

3 dari 4 halaman

Harapan Setelah Diakui UNESCO

Sementara itu, Lana berharap dengan penetapan Hari Kebaya Nasional dan pengakuan UNESCO nantinya, kebaya bisa semakin dikenal di kancah internasional. Lana juga berharap Kementerian Luar Negeri dan diaspora Indonesia untuk terus mendorong dan menyosialisasikan kebaya agar bisa lestari dan tidak punah.

"Itu adalah tugas kita bersama untuk melestarikan. Jadi tidak hanya karena sudah ada Keputusan Presiden, kemudian pengakuan UNESCO, kita akan terus melestarikan dan juga yang paling penting anak-anak muda. Sebagai penerus generasi, kita yang akan membawa budaya kita sampai ke anak cucu kita karena ini adalah legacy kita bersama," ujarnya.

Lana juga berterima kasih kepada sebelas komunitas pengusul yang telah berjuang dalam mengawal pengajuan Hari Kebaya Nasional. Berikut merupakan nama sebelas komunitas tersebut:

  1. Perempuan Indonesia Maju
  2. Perempuan Berkebaya Indonesia
  3. Kebaya Foundation
  4. Pertiwi Indonesia
  5. Komunitas Notaris Indonesia Berkebaya
  6. Rampak Sarinah
  7. Himpunan Ratna Busana Surakarta
  8. Cinta Budaya Nusantara (CBN)
  9. Warisan Budaya Indonesia Foundation
  10. Ciri
  11. Pecinta Sanggul Nusantara
4 dari 4 halaman

Penetapan Hari Kebaya Nasional

Sebelum diusulkan ke UNESCO, komunitas kebaya mengusulkan kepada pemerintahan terkait Hari Kebaya Nasional. Mengutip situs resmi Sekretariat Kabinet Republik Indonesia pada Sabtu, 27 April 2024, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan bahwa setiap 24 Juli diperingati Hari Kebaya Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional.

"Menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional," bunyi Diktum Kesatu Keppres 19/2023 yang ditetapkan pada 4 Agustus 2023. Pada Diktum Kedua disebutkan, Hari Kebaya Nasional bukan merupakan hari libur.

Dalam Keppres juga dituangkan sejumlah pertimbangan penetapan 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional, meliputi:

  1. Kebaya merupakan identitas nasional perekat bangsa yang bersifat lintas etnis dan telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga sehingga perlu dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
  2. Kebaya berkembang menjadi busana yang digunakan secara nasional dalam berbagai kegiatan baik yang berskala nasional maupun internasional.
  3. Kongres Wanita Indonesia X yang dihadiri oleh Presiden Soekarno dinyatakan bahwa revolusi Indonesia tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan perempuan di mana seluruh perempuan yang hadir pada kongres tersebut memakai kain kebaya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.