Sukses

McDonald’s Tutup di Rusia, Burger hingga Saus Sasetnya Dijual Berkali Lipat dari Harga Asli

Dua burger keju McDonald's bahkan dijual seharga Rp1,2 juta di Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Orang-orang Rusia membanjiri platform digital yang menjual kembali menu McDonald's setelah rantai makanan cepat saji tersebut memutuskan tutup akibat invasi Vladimir Putin ke Ukraina. Kondisi ini dimanfaatkan sejumlah reseller untuk membanderol harga selangit pada menu-menu restoran tersebut.

Pencarian Avito, platform lelang dan iklan baris Rusia yang mirip eBay, lapor New York Post, Selasa (15/3/2022), mengungkap iklan menu restoran tersebut, dari Big Mac, pai ceri, sampai sausnya yang khas. Harga yang tertera sering kali berkali-kali lipat dari penawaran normal.

Misalnya, satu iklan membanderol lima ribu rubel (sekitar Rp596 ribu) untuk satu porsi Big Mac. Poster lain meminta 10 ribu rubel (Rp1,2 juta) untuk dua burger keju McDonald's klasik "dengan cita rasa kapitalisme masa lalu Amerika," menurut terjemahan.

Diduga bahwa makanan-makanan tersebut merupakan menu McDonald's yang disembunyikan sebelum gerai tutup di Rusia. Dalam kondisi normal, Big Mac dijual di gerai McDonald Rusia seharga sekitar 135 rubel (sekitar Rp16 ribu), menurut Big Mac Index The Economist.

Bahkan, ada reseller yang menghargai seribu rubel (sekitar Rp119 ribu) untuk satu saset saus McDonald's. Yang lain mematok 400 rubel (sekitar Rp48 ribu) untuk sepotong kecil nugget ayam.

The Post melaporkan, daftar penjualan kembali pertama kali mulai muncul minggu lalu. Itu setelah McDonald's mengatakan akan menutup sementara 850 gerainya di Rusia karena invasi ke Ukraina akhir bulan lalu.

Pengumuman itu juga memicu antrean panjang di toko-toko dan lokasi drive-thru ketika orang Rusia berusaha mendapatkan makanan McDonald terakhir. Beberapa bahkan membeli barang-barang favorit mereka.

Satu unggahan Reddit yang viral memamerkan lemari es, yang diduga milik orang Rusia, diisi dengan lusinan burger keju McDonald's. Nyatanya, rantai makanan cepat saji ini hanya salah satu dari banyak perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat atau negara Barat lainnya yang memutuskan hubungan dengan Rusia.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Langkah Ekstrem

Pekan lalu, media yang dikelola pemerintah Rusia melaporkan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan pembatalan perlindungan atas hak kekayaan intelektual. Langkah ini dapat membuka jalan bagi operator lokal untuk menjaga gerai McDonald's dan bisnis lain tetap buka tanpa izin.

Langkah ekstrem pun telah diambil seorang pria Rusia yang tidak suka McDonald's menutup gerainya di negara itu. Ia dilaporkan merantai dirinya ke salah satu gerai rantai makanan cepat saji itu di Moskow.

Pria yang dilaporkan bernama Luka Safronov ini difilmkan melakukan protesnya beberapa jam sebelum McDonald's menutup sementara 850 restorannya di Rusia, Mirror melaporkan.

3 dari 5 halaman

Hal Benar untuk Dilakukan

Safronov berteriak, "Penutupan adalah tindakan permusuhan terhadap saya dan sesama warga Rusia!" Itu dilakukannya ketika banyak pelanggan berbondong-bondong masuk membeli Big Mac dan menu-menu lain sebelum rantai itu menutup operasinya.

Polisi akhirnya menyeret Safronov menjauh dari tempat kejadian. Demonstrasi dramatisnya terjadi setelah presiden dan CEO perusahaan makanan cepat saji itu, Chris Kempckinski, menyebut bahwa menutup gerai mereka adalah hal yang benar untuk dilakukan.

"Saat kami bergerak maju, McDonald's akan terus menilai situasi dan menentukan apakah ada tindakan tambahan yang diperlukan," tulisnya dalam surat pada para pekerja.

4 dari 5 halaman

Tidak Hanya McDonald's

Langkah McDonald's diikuti Starbucks. Pekan lalu, CEO Starbucks Kevin Johnson mengumumkan penghentian penjualan sementara di Rusia.

Ia menyebut, seperti dilaporkan CNNpartner berlisensi mereka sudah sepakat menghentikan sementara operasi mereka dan akan tetap mendukung dua ribu karyawan mereka. Johnson menambahkan, gerai kopi itu akan menangguhkan pengiriman semua produk Starbucks ke Rusia.

"Kami mengutuk serangan pada Ukraina oleh Rusia dan turut berduka atas semua yang terdampak," ia mengatakan.

Coca-Cola juga memutuskan hal serupa. Perusahaan itu menyebut turut berduka atas dampak buruk yang harus ditanggung orang-orang di Ukraina. 

5 dari 5 halaman

Infografis Rusia Serang Ukraina dan Dalih Vladimir Putin

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.