Sukses

Maulid Nabi, Bid’ah atau Sunnah? Ini 5 Alasan Mengapa Umat Islam Penting Merayakannya

Hukum merayakan maulid nabi adalah sunnah. Sebab tujuannya baik yaitu sebagai bentuk syukur dan teladan bagi umat. Berikut lima alasan pentingnya memperingati maulid nabi bagi umat islam.

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan maulid nabi tahun ini diperkirakan jatuh pada Senin, 16 September 2024. Dalam banyak riwayat meyakini jika Nabi lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal. Oleh karena itu, Rabiul Awal disebut juga sebagai bulan Maulid atau bulan kelahiran nabi.

Ada beragam kegiatan Maulid yang telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam dan tidak bisa dipisahkan dari budaya Nusantara. Setiap daerah memiliki adat dan ciri khas tersendiri dalam merayakan Maulid Nabi.

Meskipun demikian, masih ada sebagian kecil kelompok masyarakat yang menolak perayaan Maulid Nabi karena dianggap sebagai bid’ah yang tidak layak dilakukan. Tapi hal itu dengan mudah dipatahkan oleh ulama-ulama ahlussunnah wal jama’ah, salah satunya Sayyid Muhammad al-Maliki. 

Sayyid Muhammad al-Maliki dalam kitab Syarh Maulid ad-Diba’i menyatakan menerangkan setidaknya ada 5 alasan mengapa umat Islam harus merayakan Maulid Nabi, berikut ulasannya melansir dari laman NU Online.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

2 dari 3 halaman

5 Alasan Pentingnya Memperingati Maulid Nabi

Pertama, merayakan Maulid Nabi sebagai wujud rasa bahagia dan gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW pasti bermanfaat di dunia dan akhirat. Bagaimana tidak? Abu Lahab, paman Nabi yang dikenal sebagai seorang yang membenci dakwah Nabi saja diringankan siksanya di neraka setiap hari Senin. Hal ini karena Abu Lahab bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad. Bahkan, saking gembiranya atas kelahiran sang keponakannya tersebut, Abu Lahab sampai memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah.

Urwah mengatakan, Tsuwaibah adalah budak perempuan milik Abu Lahab. (Ketika Nabi Muhammad lahir) Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah kemudian Tsuwaibah menyusui Nabi Muhammad (yang baru lahir). Maka, ketika Abu Lahab wafat, sebagian keluarganya bermimpi bertemu Abu Lahab. Sayangnya, Abu Lahab terlihat sangat memprihatinkan keadaannya. Keluarganya bertanya, "Apa yang telah terjadi denganmu?" Abu Lahab menjawab, "Tidak ada kenikmatan bagiku setelah berpisah dengan kalian kecuali aku diberikan minum di tempat ini (alam akhirat) karena aku telah memerdekakan Tsuwaibah (HR. al-Bukhari).

Kedua, Nabi Muhammad saja banyak berpuasa di hari Senin sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahirannya. Karena dengan kelahiran Nabi Muhammad-lah manusia menemukan cahaya agama Islam. Tentu, kita sebagai umatnya harus merasa sangat bersyukur dengan kelahiran Baginda Nabi.

Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari bahwa suatu ketika Rasulullah ditanyai mengenai kebiasaannya berpuasa di hari Senin. Rasulullah pun bersabda," Di hari Senin-lah aku dilahirkan dan di hari Senin-lah diturunkan (Al-Qur’an) kepadaku" (HR Muslim).

Ketiga, Allah memerintahkan kita untuk berbahagia dengan sebab rahmat dan pertolongan yang Allah berikan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an: 

Katakanlah (Muhammad), dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira (QS. Yunus: 58).

Dan rahmat terbesar yang Allah berikan bagi kita adalah lahirnya Baginda Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an menegaskan bahwa diutusnya Nabi Muhammad adalah sebagai bentuk kasih sayang Allah bagi alam semesta. 

Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam semesta (QS. Al-Anbiya’: 107).

3 dari 3 halaman

Alasan Selanjutnya

Keempat, perayaan Maulid Nabi diwarnai dengan pembacaan sejarah kehidupan nabi. Mulai dari kelahiran, budi pekerti, ciri-ciri fisik, kemuliaan serta mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi. Tentu hal ini akan menambah rasa kecintaan kita kepada Nabi Muhammad serta memantapkan keimanan kita. 

Selain itu, perayaan Maulid Nabi juga sebagai wadah untuk mengajak umat Islam membaca shalawat kepada Nabi. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an agar umat Islam banyak membaca sholawat: 

Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya (QS. Al-Ahzab: 56)

Kelima, perayaan Maulid Nabi adalah bid’ah hasanah (baik) yang telah diajarkan turun-temurun oleh umat Islam sebelumnya. Apalagi perayaan Maulid Nabi umumnya diiringi dengan ceramah agama dan nasihat yang bermanfaat serta suguhan makanan yang diberikan kepada para hadirin. Para ulama mengambil dalil bid’ah hasanah dari nasihat Sahabat Abdullah bin Mas’ud: 

Abdullah bin Mas’ud mengatakan, bahwa perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang baik maka perkara tersebut baik di sisi Allah, dan perkara yang dilihat umat Islam sebagai perkara yang buruk maka perkara tersebut buruk disisi Allah (HR. Ahmad)

Di sisi yang lain, para ulama fiqih menetapkan kaidah, Setiap wasilah perbuatan dihukumi sesuai dengan tujuannya. 

Perayaan Maulid Nabi dihukumi sunnah karena tujuannya adalah meneladani Baginda Nabi serta bershalawat kepadanya. Tidak semua yang tidak dilakukan oleh Nabi adalah tercela. Contoh lain yang juga berupa bid’ah hasanah yaitu pembukuan Al-Qur’an yang dilaksanakan di zaman khalifah Utsman bin Affan.  

Kita tahu bahwa jerih payah pembukuan Al-Qur’an tidak diperintahkan langsung oleh Rasulullah akan tetapi manfaatnya bisa kita rasakan hingga hari ini. Begitu juga dengan perayaan Maulid Nabi yang telah terbukti sejak dahulu berdampak positif bagi masyarakat luas.