Sukses

Indahnya Ramadan di Mata Pendeta Yahudi dan Kristen

Selama Ramadan, masjid menyediakan makanan berbuka secara cuma-cuma, yang setiap hari dihadiri lebih dari 500 orang.

Liputan6.com, London - Rabi Helen Freeman tak bisa menyembunyikan kekagumannya begitu masuk ke aula di Masjid Raya London Timur, East London Mosque.

Di hadapannya tak kurang dari 500 orang duduk bersila, menunggu buka puasa, yang setiap hari diselenggarakan di masjid ini.

"Iftar atau berbuka puasa bersama dengan komunitas seperti ini adalah salah satu bentuk kedermawanan umat Islam yang paling indah. Ini sungguh menyentuh hati saya," kata Freeman, rabi dari West London Synagogue seperti dikutip dari BBC, Jumat (1/7/2016). 

"Saya sangat terkesan ... saya merasa sangat diterima, bisa menyantap hidangan bersama dengan pemeluk agama lain. Ini bisa menjadi jembatan komunikasi bagi para pemeluk agama," katanya.

Selama Ramadan, masjid menyediakan makanan berbuka secara cuma-cuma, yang setiap hari dihadiri lebih dari 500 orang.

Rabi Freeman bersama sejumlah undangan lain sore itu menjadi tamu bagi Mfa Zaman dan Ishaque Uddin, pegiat yang sejak lama mempromosikan kerukunan antarumat beragama di London.

Senada dengan Rabi Freeman, Pendeta Tim Clapton mengatakan ketika pemeluk Islam, Kristen, dan Yahudi berbagai hidangan, pada dasarnya mereka adalah sahabat.

"Hubungan harmonis mestinya tak berhenti sampai di sini, kita harus meluaskan semangat ini ke komunitas," ucap Pendeta Clapton.

Acara buka puasa bersama diawali dengan penjelasan tentang masjid dan fungsinya untuk memberdayakan komunitas Muslim. Para tamu ini diberi kesempatan untuk masuk ke ruang salat dan menyaksikan secara langsung salat Magrib berjamaah.

Beberapa di antaranya baru pertama kali ini masuk ke masjid dan melihat bagaimana pemeluk Islam menunaikan salat.

Penyelenggara buka puasa lintas agama, Zaman, mengatakan menjadi kewajiban warga Muslim untuk memperhatikan dan menjaga pemeluk Kristen dan Yahudi yang hidup di antara mereka.

"Kita harus peduli, kita harus saling menjaga," jelas Zaman.

Dengan mengutip sejarah Nabi Muhammad, Zaman mengatakan Nabi mengunjungi seorang remaja Yahudi yang sakit.

"Ini adalah teladan dan kita mestinya harus bekerja sama dan menjaga hubungan baik dengan para pemeluk agama lain," pungkas Zaman.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.