Sukses

Epidemiolog: Di Masa Endemi COVID-19 Akan Ada Gelombang-Gelombang Kecil yang Berisiko untuk Kelompok Rentan

Di masa endemi COVID-19, akan ada gelombang-gelombang kecil yang berisiko bagi kelompok rawan.

Liputan6.com, Jakarta Kenaikan kasus COVID-19 yang terjadi baru-baru ini membuat epidemiolog Dicky Budiman mengingatkan semua pihak untuk tetap waspada.

Pasalnya, meski sudah endemi, tetap akan ada gelombang-gelombang kecil yang berisiko bagi kelompok rentan.

“Kita akan secara berkala menghadapi lonjakan-lonjakan kasus COVID dalam bentuk outbreak atau kejadian luar biasa (KLB),” kata Dicky kepada Health Liputan6.com melalui pesan suara ditulis Kamis (14/12/2023).

“Apa itu KLB atau outbreak? Ini artinya tidak akan seperti waktu pandemi, tapi di masa endemi ini kita akan mengalami yang disebut gelombang-gelombang kecil. Dan di setiap gelombang kecil itu akan selalu ada kelompok rawan di masyarakat yang akan menjadi korban meski jumlahnya jauh lebih kecil dibanding pada masa pandemi,” tambahnya.

Dia menambahkan, angka statistik akan menunjukkan angka kematian meski jumlahnya kurang dari satu persen. Begitu pula beban layanan rumah sakit, meski hanya lima sampai 10 persen dari total kelompok rawan.

“Ini akan cukup menjadi beban layanan rumah sakit ketika kesiapannya, insfrastrukturnya, obat, atau sumber daya manusianya lemah.”

Hal ini semakin mungkin terjadi ketika ada faktor-faktor yang memperparah situasi. Misalnya, mobilitas tinggi, situasi yang membuat orang cenderung berlama-lama di dalam ruangan, dan kehadiran subvarian yang lebih mudah menginfeksi dan mereinfeksi.

“Ini yang membuat gelombang itu menjadi lebih berdampak bagi kelompok rawan.”

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Yang Termasuk Kelompok Rawan

Dicky menambahkan, yang termasuk kelompok rawan tidak lah berubah sejak masa pandemi hingga kini.

“Kelompok rawan itu siapa? Kelompok rawan itu tetap tidak berubah, ya anak terutama di bawah tiga tahun. Kita tahu saat ini banyak dari mereka yang belum mendapat vaksin primer dengan beragam alasan.”

“Kemudian juga orang dengan komorbid yang belum mendapat vaksin atau sudah vaksinasi tapi belum dapat booster. Ini yang sangat rawan, ditambah lagi kalau mereka termasuk lansia di atas 60 atau 65 tahun,” jelas Dicky.

Mereka adalah orang-orang yang dapat menjadi bagian dari satu persen pasien COVID dengan kondisi fatal.

3 dari 4 halaman

Mitigasi di Masa Endemi COVID-19

Mengingat COVID-19 masih berbahaya terutama bagi kelompok rentan, Dicky pun mengingatkan kembali mitigasi yang perlu dilakukan.

“Oleh karena itu mitigasinya adalah harus dipercepat vaksinasinya. Vaksinasi primer pada anak atau siapapun yang belum, termasuk vaksinasi booster untuk kelompok rawan. Dan ini semua harus ditanggung pemerintah.”

“Perlu jadi program pemerintah, bukan berbayar. Karena kalau tidak, kita akan ketinggalan ‘kereta’ dalam melindungi orang-orang di lonjakan Nataru ini,” ucap Dicky.

4 dari 4 halaman

Lonjakan Kecil di Momen Nataru

Lebih lanjut, Dicky memperkirakan bahwa akan ada lonjakan kecil di momen libur Natal dan tahun baru (Nataru).

“Akan ada lonjakan, tapi kecil. Sekali lagi ini kecil lonjakannya, tapi di dalam lonjakan kecil ini ada yang rawan nah mereka akan menjadi korban.”

Dalam kontek Indonesia, lanjut Dicky, banyak kasus yang tidak terdeteksi, baik infeksinya maupun kematiannya. Dan pemerintah memiliki kewajiban dalam melindunginya.

“Dan untuk masyarakat, secara sadar kalau belum vaksin dan termasuk kelompok rentan segera vaksinasi. 5M (mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan) dan PHBS (perilaku hidup bersih sehat) ini penting untuk melindungi diri. Karena vaksin juga bukan segala-galanya,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.