Sukses

Menkes Budi: Pemimpin Dunia Harus Kompak Bilang Pandemi COVID-19 Selesai

Seluruh pemimpin dunia harus kompak menyatakan 'pandemi COVID-19 selesai.'

Liputan6.com, Jakarta - Walaupun pencabutan status 'pandemi COVID-19' merupakan kewenangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), para pemimpin dunia perlu kompak untuk menyatakan 'pandemi selesai'. Apalagi pandemi bersifat global, bukan hanya satu negara yang mendeklarasikan bebas pandemi.

Kekompakan tersebut disampaikan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin. Menilik Indonesia, diharapkan Menkes kondisi pandemi Tanah Air semakin membaik meski ada penambahan kasus baru setiap harinya.

"Pandemi ini karena sifatnya dunia, jadi memang harus kompak seluruh pemimpin dunia bilang selesai," terang Budi Gunadi saat konferensi pers 'COMSTECH-OIC Fellowship Program dan Peresmian Laboratorium Jejaring OIC Center of Excellence (CoE) on Vaccines and Biotechnology Products' di Gedung Kementerian Kesehatan RI, Jakarta pada Kamis, 15 September 2022.

"Posisi Indonesia sekarang relatif lebih baik. Mudah-mudahan kita terus di kelompok yang lebih baik."

Berdasarkan data Laporan COVID-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 12 September 2022, situasi COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan. Penurunan kasus dalam dua minggu terakhir terjadi di sejumlah aspek, antara lain:

  • Kasus konfirmasi positif turun dari 4.331 menjadi 2.780
  • Kasus aktif turun dari 47.180 menjadi 35.758
  • Pasien dirawat turun dari 4.116 menjadi 3.431
  • Positivity rate turun dari 10,62 persen menjadi 9,47 persen

Indonesia juga terus meningkatkan kapasitas deteksi varian virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Per 11 September 2022, jumlah sampel genom sekuensing yang diperiksa mencapai 12.024 sampel. Angka ini dihitung dari 2 Januari 2022 sampai sekarang.

Untuk jenis varian virus Corona di Indonesia, BA.5 menempati posisi teratas dengan jumlah 7.711 sampel yang diperiksa, BA.1.13.1 dengan 3.562 sampel, BA.1.1 dengan 2.081 sampel, BA.2 dengan 1.424 sampel, serta BA.2.3 dengan 1.274 sampel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Akhir Pandemi di Depan Mata

Pekan lalu, jumlah kematian mingguan yang dilaporkan akibat COVID-19 sebagaimana data WHO adalah yang terendah sejak Maret 2020. WHO pun sudah mengisyaratkan bahwa akhir pandemi COVID-19 sebentar lagi.

"Kami belum berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengakhiri pandemi. Kita belum sampai di sana, tapi akhir pandemi sudah di depan mata. Seorang pelari maraton tidak berhenti ketika garis finish sudah terlihat," ucap WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus saat media briefing pada Rabu, 14 September 2022.

"Dia berlari lebih keras, dengan semua energi yang tersisa. Jadi, kita harus begitu. Kita bisa melihat garis finish. Tapi sekarang adalah waktu terburuk untuk berhenti berlari. Sekarang saatnya untuk berlari lebih kencang dan memastikan kita melewati garis finish dan menuai hasil dari semua kerja keras."

Terkait pernyataan Tedros, Menkes Budi Gunadi Sadikin menanggapi, masyarakat Indonesia harus tetap berhati-hati agar tidak terjadi gelombang COVID-19 akibat varian baru virus Corona yang muncul.

"Indonesia sekarang relatif terkendali karena dengan adanya varian BA.4 dan BA.5 yang banyak terjadi gelombang baru di dunia, kita tidak (melonjak). Kita harus siap-siap, berhati-hati, jangan sampai nanti kalo ada gelombang lagi, kita kena," pungkasnya.

3 dari 4 halaman

Ringkasan Kebijakan WHO

Pada 14 September 2022, WHO juga merilis enam ringkasan kebijakan singkat yang menguraikan tindakan utama yang harus diambil semua pemerintah sekarang untuk menyelesaikan perang melawan COVID-19.

Ringkasan kebijakan ini merupakan seruan mendesak bagi pemerintah di tiap negara untuk mencermati kebijakan dan memperkuatnya penanganan COVID-19 dan patogen masa depan yang berpotensi pandemi.

"Ini adalah ringkasan, berdasarkan bukti dan pengalaman 32 bulan terakhir (COVID-19 melanda), tentang apa yang terbaik untuk menyelamatkan nyawa, melindungi sistem kesehatan, dan menghindari gangguan sosial dan ekonomi," WHO Director-General Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan.

Ringkasan kebijakan WHO yang dimaksud Tedros, sebagai berikut:

1. Kami mendesak semua negara untuk berinvestasi dalam memvaksinasi 100 persen kelompok yang paling berisiko termasuk petugas kesehatan dan orang tua, sebagai prioritas tertinggi menuju cakupan vaksin 70 persen (dari populasi penduduk.

2. Teruskan pengujian dan pengurutan untuk SARS-CoV-2 dan integrasikan layanan pengawasan dan pengujian dengan layanan untuk penyakit pernapasan lainnya termasuk influenza

3. Pastikan memiliki sistem untuk memberikan perawatan yang tepat bagi pasien dan mengintegrasikan perawatan untuk COVID-19 ke dalam sistem perawatan kesehatan primer

4 dari 4 halaman

Kembangkan Informasi Kesehatan

4. Persiapkan upaya bila terjadi lonjakan kasus dan pastikan memiliki persediaan, peralatan, dan petugas kesehatan yang akan dibutuhkan

5. Tetap menjaga kewaspadaan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk melindungi tenaga kesehatan dan pasien non-COVID di fasilitas kesehatan

6. Lakukan komunikasi dengan jelas bersama komunitas tentang perubahan apapun yang dibuat pada kebijakan COVID-19 dan alasannya.

"Kemudian melatih petugas kesehatan untuk mengidentifikasi dan mengatasi informasi yang salah, dan mengembangkan informasi kesehatan dalam format digital," terang Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Sejak Malam Tahun Baru 2019 – dan setiap hari sejak itu – WHO telah bekerja tanpa henti untuk memperingatkan dunia, dan membantu mereka untuk tetap aman, menyelamatkan nyawa, dan menjaga masyarakat tetap berjalan."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.