Sukses

Pandemi COVID-19 Masih Berlangsung, 58 Persen Negara Terapkan Telemedicine

WHO menemukan lebih dari setengah negara yang mereka survei telah melakukan layanan telemedicine bagi pasien PTM di tengah terganggunya layanan karena COVID-19

Liputan6.com, Jakarta  Pandemi COVID-19 membuat terganggunya pelayanan kesehatan yang seharusnya dibutuhkan bagi pasien penyakit tidak menular (PTM).

Untuk itu, World Health Organization (WHO) meminta agar negara-negara di dunia tetap memastikan berjalannya pelayanan kesehatan bagi PTM meski di satu sisi, harus menangani COVID-19.

"Sangat penting bagi negara-negara untuk menemukan cara-cara inovatif demi memastikan layanan yang penting untuk PTM terus berlanjut, bahkan saat mereka memerangi COVID-19," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari siaran pers di laman WHO pada Selasa (3/6/2020)

Dalam survei yang mereka lakukan di 155 negara, WHO menemukan bahwa strategi alternatif telah dilakukan oleh sebagian besar negara demi memastikan berlangsungnya layanan kesehatan bagi orang-orang yang berisiko tinggi, agar menerima perawatan PTM.

Dalam survei yang hasilnya dirilis pada 1 Juni 2020 tersebut, WHO menyebutkan bahwa 58 persen negara telah menggunakan telemedicine atau konsultasi dengan layanan kesehatan lewat telepon atau daring. Selain itu, 42 persen dari negara-negara berpenghasilan rendah juga telah melakukan strategi ini.

Saksikan juga Video Menarik Berikut Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lakukan Pelayanan dengan Cara yang Inovatif

Selain itu, 70 persen negara yang disurvei melaporkan bahwa mereka telah mengumpulkan data tentang jumlah pasien COVID-19 yang juga memiliki PTM.

"Ini akan memakan waktu sebelum kita mengetahui sepenuhnya dampak dari gangguan terhadap perawatan kesehatan selama COVID-19, pada orang dengan penyakit tidak menular," kata Direktur Departemen Penyakit Tidak Menular WHO Bente Mikkelsen.

"Yang kita ketahui saat ini, bagaimana pun, adalah tidak hanya orang-orang dengan PTM lebih rentan untuk sakit parah karena virus, namun banyak yang tidak dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan untuk mengelola penyakitnya," kata Mikkelsen menambahkan.

Dia mengatakan bahwa PTM harus ada dalam rencana respon dan kesiap siagaan nasional untuk COVID-19. Strategi ini harus dilakukan dengan cara yang inovatif untuk mengimplementasikan rencana tersebut.

"Kita harus siap untuk 'membangun kembali dengan lebih baik' memperkuat layanan kesehatan sehingga mereka dilengkapi dengan lebih baik untuk mencegah, mendiagnosis, dan menyediakan perawatan untuk PTM di masa depan, dalam situasi apa pun."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.