Liputan6.com, Seoul - Korea Utara (Korut) dilaporkan melepaskan sejumlah rudal balistik jarak pendek pada Kamis (8/5/2025), menurut militer Korea Selatan (Korsel). Ini sekitar seminggu setelah pemimpin Kim Jong Un menguji sistem senjata baru untuk kapal perang terbarunya.
Militer Seoul mengatakan telah "mendeteksi beberapa proyektil yang diduga sebagai short-range ballistic missiles (rudal balistik jarak pendek)," menurut pernyataan Kepala Staf Gabungan.
Baca Juga
Rudal-rudal tersebut "diluncurkan dari area Wonsan, Korut, ke arah Laut Timur sekitar pukul 08.10 pagi ini," tambah mereka, merujuk pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.
Advertisement
Peluncuran ini merupakan uji coba rudal pertama Korut sejak Maret, dan terjadi sekitar seminggu setelah Kim mengawasi uji tembak sistem senjata baru untuk kapal perang.
Pyongyang baru-baru ini memperkenalkan kapal perusak berkapasitas 5.000 ton bernama Choe Hyon.
Korea Utara mengklaim kapal tersebut dilengkapi dengan "senjata paling kuat" dan akan "mulai beroperasi awal tahun depan (2026)."
Beberapa analis mengatakan kapal itu mungkin dipersenjatai dengan rudal nuklir taktis jarak pendek—meskipun Korea Utara belum membuktikan kemampuannya dalam mengecilkan hulu ledak nuklir.
Militer Korea Selatan menduga kapal perusak itu mungkin dikembangkan dengan bantuan Rusia, mungkin sebagai imbalan atas pengiriman ribuan tentara Korea Utara untuk membantu Moskow melawan Ukraina.
Rusia dan Korea Utara juga baru-baru ini mengumumkan telah memulai pembangunan jembatan jalan pertama yang menghubungkan kedua negara.
Tahun 2024 lalu, Korea Utara meluncurkan sejumlah rudal balistik yang melanggar sanksi PBB.
Para ahli telah lama memperingatkan bahwa Korea Utara mungkin sedang menguji senjata untuk diekspor ke Rusia guna digunakan melawan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan tidak ada dampak terhadap Jepang dari rudal Korea Utara tersebut, menurut siaran NHK.
Â
Uji Coba Berulang
Awal Maret lalu, militer Korea Selatan melaporkan bahwa Korea Utara meluncurkan "beberapa rudal balistik tak dikenal," pada hari yang sama ketika Seoul dan Washington memulai latihan militer gabungan tahunan besar-besaran bernama Freedom Shield.
Pyongyang juga melakukan uji peluncuran rudal jelajah strategis di Laut Kuning pada akhir Februari, yang diklaim menunjukkan "kemampuan serang balik."
Washington—sekutu utama keamanan Korea Selatan—beberapa tahun terakhir meningkatkan latihan militer gabungan dan memperkuat kehadiran aset strategis AS, seperti kapal induk dan kapal selam bertenaga nuklir, di kawasan itu untuk mencegah ancaman Korea Utara.
Pyongyang berulang kali menyatakan diri sebagai "negara senjata nuklir yang tidak dapat dibatalkan" dan rutin mengecam latihan gabungan AS-Korea Selatan sebagai persiapan invasi.
Secara teknis, kedua Korea masih dalam keadaan perang karena konflik 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
Dengan hubungan yang semakin memburuk, Korea Utara tahun lalu menghancurkan jalan dan rel kereta api yang menghubungkannya dengan Korea Selatan serta memperkuat perbatasan dengan lebih banyak ranjau.
Awal April lalu, militer Korea Selatan melaporkan bahwa pasukannya menembakkan tembakan peringatan ketika sekitar 10 tentara Korea Utara sempat melintasi perbatasan yang sangat dijaga di Semenanjung Korea.
Â
Â
Advertisement