Sukses

Joe Biden Tidak Setuju Israel Kembali Menduduki Gaza, tapi Menjamin Dukungan Keamanan AS untuk Menyerang Hamas

Joe Biden menegaskan kembali dukungannya terhadap Israel selama panggilan telepon dengan Netanyahu pada Senin.

Liputan6.com, Washington - Amerika Serikat (AS) pada Selasa (7/11/2023) mengatakan tidak setuju bahwa pasukan Israel harus menduduki kembali Gaza.

"Presiden (Joe Biden) masih berpendapat bahwa pendudukan kembali Gaza oleh pasukan Israel adalah hal yang tidak baik. Tidak baik bagi Israel, tidak baik bagi rakyat Israel," ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby dalam program "CNN This Morning", seperti dilansir Rabu (8/11).

"Salah satu perbincangan yang dilakukan Menteri (Antony) Blinken selama kunjungannya di kawasan tersebut adalah seperti apa Gaza pasca-konflik? Seperti apa pemerintahan di Gaza kelak? Karena apapun itu, tidak mungkin yang seperti yang terjadi pada 7 Oktober. Tidak mungkin Hamas."

Pernyataan tersebut muncul setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuturkan bahwa Israel akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan di Gaza jika perang berakhir dengan kekalahan Hamas.

"Menurut saya, Israel untuk jangka waktu yang tidak terbatas akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak melakukannya," kata Netanyahu dalam program 'World News Tonight' ABC News pada Senin (6/11).

Sebelumnya, Presiden Biden dalam wawancaranya dengan program "60 Minutes" di CBS News bulan lalu mengatakan bahwa menduduki Gaza kembali akan menjadi sebuah kesalahan besar.

Duta Besar Israel untuk AS Michael Herzog juga telah mengatakan kepada Jake Tapper dari CNN bahwa Israel tidak berniat menduduki Gaza setelah konflik berakhir.

Respons terhadap isu pendudukan kembali Gaza ini memperlihatkan perbedaan pandangan antara antara AS dan Israel.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perbedaan Pandangan AS dan Israel

Ada kesenjangan tajam lainnya antara AS dan Israel yang muncul dalam beberapa pekan terakhir seiring berlanjutnya perang Hamas Vs Israel.

Blinken pekan lalu mendorong Israel melakukan jeda kemanusiaan untuk mengizinkan sandera dan warga sipil meninggalkan Gaza serta agar bantuan bagi warga Palestina bisa masuk dan meskipun Blinken telah menyampaikan pesan publik yang tegas bahwa warga sipil tidak boleh menanggung akibat atas ketidakmanusiawian dan kebrutalan Hamas, pasukan Israel terus menargetkan warga sipil dengan mengklaim situs tersebut digunakan oleh Hamas.

Pejabat pemerintah Israel sejauh ini belum menjelaskan secara rinci bagaimana Gaza akan dikelola jika mereka berhasil melenyapkan Hamas. Namun, pernyataan Netanyahu dinilai kuat mengindikasikan pendudukan kembali.

Menteri Pertahanan Yoav Gallant pun mengutarakan hal serupa pada Selasa. Dia menuturkan bahwa Israel akan mendapatkan kebebasan bertindak penuh untuk menanggapi situasi apapun di Jalur Gaza setelah perang berakhir.

Gallant optimistis bahwa, Hamas, baik sebagai organisasi militer atau badan pemerintahan di Gaza, akan lenyap. Pernyataan Gallant dipublikasikan di situs berita Ynet.

"Tidak akan ada ancaman keamanan terhadap Israel dari Gaza dan Israel akan mempertahankan kebebasan bertindak sepenuhnya, untuk menanggapi situasi apapun di Jalur Gaza yang menimbulkan ancaman apa pun," kata Gallant dalam rekaman pertemuannya dengan Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Israel.

Penasihat senior Netanyahu, Mark Regev, menepis soal indikasi pendudukan Gaza pada Selasa.

"Ketika hal ini selesai dan kita telah mengalahkan Hamas, sangatlah penting bahwa tidak akan ada lagi elemen teroris yang bangkit kembali, yaitu kebangkitan kembali Hamas ... Harus ada kehadiran keamanan Israel, tapi bukan berarti Israel kembali menduduki Gaza, bukan berarti Israel ada di sana untuk memerintah warga Gaza," ujarnya.

3 dari 3 halaman

Standar Ganda AS

AS dan sekutu Baratnya telah mengatakan kepada Israel selama berminggu-minggu bahwa Israel harus mempunyai tujuan yang jelas dalam menyingkirkan Hamas dan harus berusaha menghindari pendudukan jangka panjang di Jalur Gaza.

Para pejabat AS sebelumnya mengatakan kepada CNN bahwa mereka tidak memahami dengan jelas niat Israel di Gaza dan yakin akan sulit bagi Hamas untuk dibasmi seluruhnya.

Meskipun ada kesenjangan yang jelas antara pemerintahannya dan pemerintah Israel, menurut Kirby, Biden menegaskan kembali dukungannya terhadap Israel selama panggilan telepon dengan Netanyahu pada Senin.

"Salah satu hal yang presiden jelaskan kepada perdana menteri adalah bahwa kami akan terus mendukung Israel. Kami akan terus memastikan bahwa mereka mendapatkan bantuan keamanan yang mereka butuhkan, peralatan, senjata, dan kemampuan untuk menyerang Hamas. Hal itu tidak berubah sejak 7 Oktober dan tidak akan berubah di masa mendatang," tegas Kirby.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini