Sukses

Kisah Ayah Selamatkan Putrinya dari Serangan Hamas di Israel, Meski Sudah Tak Bertemu 6 Tahun

Tak pernah bertemu maupun berkomunikasi selama enam tahun lamanya, Neta Portal, wanita berusia 22 tahun tidak punya pilihan lain selain harus menghubungi sang Ayah ketika dirinya terjebak oleh serangan Hamas.

Liputan6.com, Tel Aviv - Pernahkah Anda mendengar istilah "Keluarga Adalah Sebaik-baiknya Tempat Kembali"?

Istilah ini mungkin sesuai bagi sebagian orang termasuk kisah ayah dan anak di tengah Perang Israel Vs Hamas ini.

Tak pernah bertemu maupun berkomunikasi selama enam tahun lamanya, Neta Portal, wanita berusia 22 tahun tidak punya pilihan lain selain harus menghubungi sang Ayah ketika dirinya terjebak oleh serangan Hamas. 

Saat itu, pasukan bersenjata Hamas menerobos masuk ke dalam rumahnya di kawasan komunitas Yahudi Kfar Aza di Israel, dan melepaskan tembakan sebanyak enam kali. Dalam kepanikan dan ketegangan tersebut, Neta berpikir hanya ayahnya lah satu-satunya orang yang dapat menyelamatkan dirinya.

Dilansir BBC, Minggu (22/10/2023), Ia diketahui menghubungi sang Ayah, Shimon Portal ketika militan Hamas mendekat ke lokasi rumahnya. Shimon menginstruksikan Neta untuk segera menutup dan mengunci pintu rumah.

Saat menerima pesan teks itu, Shimon yang merupakan polisi dilaporkan sedang terlibat baku tembak di kota terdekat Sderot.

Ketika menceritakan kembali kronologis kejadian saat itu, Neta tampak gemetar. Ia dan pacarnya, Santiago yang juga dipanggil Santi dikabarkan memang tinggal di Kfar Aza, Israel selama empat bulan

Tentara Hamas masuk dan melepaskan tembakan ke ruangan rumah warga. Saat itu, Santi memerintahkan Neta untuk melompat dari jendela. 

"Santi bilang ke saya, 'Neta, tolong buka jendelanya. Lompat’," ujar Neta. 

Ketika membuka jendela, tampak sekitar 10-15 tentara Hamas. Mereka dilaporkan berdiri di atas mobil dengan senapan mesin yang besar.

Pada awalnya, Neta dan Santi takut untuk melompat keluar dari rumah, tetapi rasa takut itu pudar ketika granat dilemparkan ke dalam ruangan. Pasangan ini sontak keluar melalui jendela bersama-sama.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sang Ayah Datang Menyelamatkan Putrinya

Dalam serangan tersebut, kaki dan tangan Neta terkena beberapa peluru. Meski begitu, mereka tetap harus bergegas pergi mencari tempat aman dalam keadaan terluka.

"Santiago berteriak kepada saya: 'Tolong berdiri - mulailah berlari. Jika kamu tidak berdiri, kita akan mati. Kita akan mati," kata Neta.

Mereka berhasil berlindung di tempat yang aman sekitar dua jalan dari rumah yakni di bawah tumpukan sampah. Berusaha tak menarik perhatian, Santiago mengikatkan kemejanya untuk menutup darah yang terus keluar dari kaki Neta.

Di antara kondisi yang seolah menggambarkan antara hidup dan mati ini, Neta kembali mengirim pesan meminta bantuan kepada ayahnya. Shimon lantas bergegas mencari lokasi sang putri.

Meski tak mengetahui di mana putrinya tinggal setelah enam tahun bercerai dengan istrinya, Shimon berhasil menemui pasangan tersebut berdasarkan lokasi yang telah dikirim Neta.

Shimon, akhirnya menemukan putrinya beserta Santiago yang dilaporkan kakinya juga tertembak. Ia membawa mereka pergi ke rumah sakit terdekat.

Detik-Detik Penyelamatan Sang Putri

Juga di rumah sakit dan duduk di samping putrinya, Shimon Portal memberi tahu bagaimana rasanya menerima pesan minta tolong dari putrinya. "Jantungku berhenti berdetak. Otakku mulai berputar. Aku marah."

Polisi berpakaian preman itu sedang dalam perjalanan ke Kfar Aza, namun ketika dia akhirnya tiba dengan mobilnya yang tidak bertanda polisi, orang-orang bersenjata melepaskan tembakan dan dia membalas.

Shimon berbalik ketika peluru menghujani kendaraannya, dan dia berhasil pergi. Dia menenangkan diri dan kemudian mencoba melakukan upaya kedua untuk menyelamatkan putrinya.

Kali ini, situasinya tenang, jadi dia bisa memanggil Neta.

“Tiba-tiba, tiga anak berlari ke mobil saya karena mereka mendengar saya berteriak dalam bahasa Ibrani. Dan saya membuka pintu. Mereka mulai masuk ke depan, tetapi dua teroris keluar dari rumah dan menembak kami.”

Shimon mengatakan dia bisa melarikan diri bersama ketiga gadis itu.

Dia tidak tahu di mana putrinya tinggal, tetapi mencari lokasi yang dikirim putrinya.

Kemudian dia menemukannya. Dia meletakkan Neta di belakang mobilnya, dan bersama Santiago yang juga tertembak di kaki, mereka pergi ke rumah sakit terdekat.

3 dari 4 halaman

Ayah Diliputi Kelegaan Bercampur Aduk dengan Amarah dan Kesedihan

Neta kemudian menjalani pengangkatan peluru dari tubuhnya. Lima peluru tertanam di kaki kiri dan satu di kaki kanannya. 

Shimon memandangi sang putri yang tengah mengenakan pakaian rumah sakit. Hatinya diliputi kelegaan bercampur aduk dengan amarah dan kesedihan. 

"Putriku yang cantik. Aku telah mendapatkannya kembali," ujarnya.

Ia menambahkan, "Dia adalah anak perdamaian. Dia hanya percaya pada perdamaian, dan dia tidak mengerti mengapa mereka membunuh anak-anak kecil, mengapa mereka membakar anak-anak kecil di Kibbutz."

Neta mengekspresikan kemarahannya atas serangan tersebut dan menyatakan bahwa tindakan tegas oleh pemerintah Israel diperlukan. 

"Anda menginginkan kebenaran? Saya tidak ingin Hamas ada lagi dalam hidup saya. Kita harus menghancurkan mereka satu per satu. Kita harus kuat," ujar Neta yang tampak kelelahan sehingga perawat memberinya lebih banyak obat penghilang rasa sakit.

4 dari 4 halaman

Warga Sipil Tak Pantas Dibunuh

Ketika ditanya tentang langkah yang seharusnya diambil oleh pemerintah Israel, Neta dengan tegas menyuarakan pendapatnya. 

"Tentara harus berada di dalam Gaza," tegasnya sembari meminta agar tentara Hamas dibunuh satu per satu.

"Saya ingin perdamaian dengan sepenuh hati, tapi saya pikir itu tidak akan menjadi perdamaian," kata Neta.

Meski meminta maaf setelah mengatakan hal tersebut tetapi Neta mengungkapkan bahwa dirinya tampak marah karena tentara Hamas menembak rumahnya bahkan ketika dirinya masih berada di tempat tidur.

"Semua yang saya katakan adalah untuk para jihadis dan Hamas. Negara saya tidak ingin menyakiti warga sipil. Saya tidak ingin menyakiti warga sipil. Saya ingin mereka diselamatkan. Saya rasa mereka tidak perlu mati. Seperti saya yang tidak perlu mati. Mereka seperti saya," jelasnya ketika ditanya mengenai warga sipil Gaza yang pastinya akan terbunuh ketika Israel mengirimkan serangan kepada Gaza.

"Tapi kita harus berjuang," tandas Neta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.