Sukses

Israel dan Arab Saudi Diklaim Akan Terhubung dengan Kereta Cepat

Kementerian Keuangan Israel menyatakan bahwa jalur kereta cepat yang menghubungkan utara dan selatan negara itu akan siap dalam waktu 10 tahun ke depan.

Liputan6.com, Tel Aviv - Israel dan Arab Saudi disebut dapat terhubung di masa depan melalui kereta cepat. Peluncuran proyek perluasan jaringan kereta bernilai 100 miliar shekel tersebut dilakukan pada Minggu (30/7/2023).

"Hari ini kami meluncurkan proyek 'One Israel' (Satu Israel) yang menghubungkan seluruh negara melalui kereta cepat dari Kiryat Shmona ke Eilat," ungkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Senin (31/7).

Eilat adalah kota paling selatan Israel dan merupakan pelabuhan yang sibuk di utara Laut Merah.

Netanyahu mengaitkan proyek tersebut dengan potensi kesepakatan normalisasi Israel-Arab Saudi yang tengah diupayakan oleh Amerika Serikat (AS).

"Di masa depan, kita akan dapat mengangkut kargo dengan kereta dari Eilat ke pelabuhan kita di Laut Mediterania dan melalui kereta, kita juga dapat menghubungkan Israel dengan Arab Saudi dan Semenanjung Arab," ujar Netanyahu.

Proyek ini, klaim Netanyahu, akan memiliki dampak revolusioner di dalam negeri dan lingkungan.

"Visi saya adalah bahwa setiap warga negara di negara ini dapat pergi ke dan dari pusat, dari manapun di negara ini, dalam waktu kurang dari dua jam," tutur Netanyahu.

"Dalam kebanyakan kasus, kurang dari satu jam, bahkan bisa kurang lagi. Tidak ada kemacetan, tidak ada polusi udara, tidak ada persoalan parkir; nyaman dan aman."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proyek Kereta Cepat Israel Selesai dalam 10 Tahun

Dilansir Middle East Eye, Kementerian Keuangan Israel menyatakan bahwa jalur kereta cepat yang menghubungkan utara dan selatan negara itu akan siap dalam waktu 10 tahun ke depan.

Pengumuman Netanyahu itu muncul setelah penasihat keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan utusan AS untuk Timur Tengah Brett McGurk berkunjung ke Jeddah pekan lalu untuk mendiskusikan normalisasi hubungan Arab Saudi-Israel.

Sementara itu, Ketua Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Parlemen Israel Yuli Edelstein yang berasal dari Partai Likud pimpinan Netanyahu menilai bahwa terlalu dini untuk memikirkan kesepakatan Israel-Arab Saudi dalam waktu dekat. Dia mengungkap kemungkinan bahwa Israel harus membayar mahal melalui konflik Israel-Palestina untuk mencapai kesepakatan semacam itu.

Pada tahun 2020, Israel berhasil menormalisasi hubungannya dengan sejumlah negara Arab seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan melalui Perjanjian Abraham yang ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump.

Warga Palestina mengecam perjanjian yang dinilai melanggar posisi lama Liga Arab, yaitu normalisasi hubungan dengan Israel harus dibarengi dengan imbalan negara Palestina merdeka.

Arab Saudi sendiri dikabarkan telah menegaskan bahwa tidak akan ada normalisasi dengan Israel sampai Palestina meraih status kenegaraan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.