Sukses

Menteri Israel Tidak Mengakui Eksistensi Palestina, AS Respons dengan Menyatakan Keberatan

AS menegaskan bahwa pernyataan menteri Israel tidak akan membantu meredakan ketegangan.

Liputan6.com, Washington - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich menyangkal keberadaan rakyat atau kebangsaan Palestina selama akhir pekan, memicu teguran dari Amerika Serikat (AS). Tindakan keji tersebut dilakukan Smotrich hanya beberapa minggu setelah dia menyerukan agar Desa Hawara di Palestina "dihapus".

Smotrich, seorang nasionalis Yahudi, berpendapat bahwa gagasan kebangsaan Palestina ditemukan pada abad yang lalu sebagai respons atas gerakan Zionis untuk mendirikan Israel modern.

"Siapa raja Palestina pertama? Bahasa apa yang dimiliki orang Palestina? Apakah pernah ada mata uang Palestina? Apakah ada sejarah atau budaya Palestina? Tidak ada apa-apa. Tidak ada yang namanya orang Palestina," kata Smotrich dalam sebuah acara di Paris, Prancis, seperti dilansir CNN, Kamis (23/3/2023).

Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby pada Senin menyatakan keberatan dengan komentar Smotrich. Dia menegaskan bahwa pernyataan itu tidak akan membantu meredakan ketegangan.

"Kami benar-benar keberatan dengan bahasa semacam itu. Dan sangat tidak membantu untuk – sekali lagi – mencoba meredakan ketegangan dan membantu perwujudan solusi dua negara," tegas Kirby. "Kami tidak ingin melihat retorika apapun, tindakan apapun... yang dapat menghalangi atau menjadi penghalang bagi solusi dua negara."

Otoritas Palestina (PA) mengecam pernyataan Smotrich rasis, menyebutnya sebagai upaya untuk memalsukan sejarah. PA menegaskan bahwa rakyat Palestina telah eksis di tanah mereka selamanya.

Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, juga menyebut komentar Smotrich rasis. Mereka mengatakan pernyataan itu jelas mencerminkan kebijakan fasis dari perluasan pemukiman kolonial dan penggusuran paksa rakyat Palestina, di mana Israel didirikan.

Pernyataan Smotrich datang pada hari yang sama ketika para pejabat Israel dan Palestina bertemu di Sharm El Sheikh, Mesir, untuk mencoba meredakan ketegangan menjelang Ramadhan dan Paskah. Di antara kesepakatan lainnya, kedua belah pihak berjanji untuk mengembangkan mekanisme dalam mengekang dan melawan kekerasan, hasutan, serta pernyataan dan tindakan yang menghasut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Insiden Diplomatik Israel dan Yordania

Kemunculan Smotrich di Paris turut menyebabkan insiden diplomatik antara Israel dan Yordania. Podium tempat dia berdiri terbungkus apa yang tampak seperti variasi bendera Israel yang menampilkan peta Israel yang diperbesar yang mencakup Tepi Barat yang diduduki, Gaza, dan sebagian besar Yordania.

Juru bicara Smotrich mengatakan, bendera yang digunakan pada acara tersebut adalah hiasan yang diletakkan oleh penyelenggara konferensi dan Smotrich hanya seorang tamu.

Namun, Yordania tetap memanggil duta besar Israel di Amman pada Senin (20/3).

Kementerian Luar Negeri Yordania memperingatkan keseriusan kelanjutan tindakan rasis ekstremis yang dikeluarkan oleh menteri yang sama yang sebelumnya menyerukan penghapusan Desa Huwara di Palestina. Yordania menambahkan bahwa tindakan Smotrich merupakan pelanggaran perjanjian damai Yordania-Israel.

Israel melalui kementerian luar negerinya merespons peringatan tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen pada perjanjian damai 1994 dengan Yordania dan mengakui integritas teritorial Yordania.

Kepala Dewan Keamanan Nasional Israel Tzachi Hanegbi dilaporkan juga telah berbicara dengan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi untuk menegaskan kembali komitmen Israel terhadap integritas wilayah Yordania dan perjanjian damai Israel-Yordania.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.