Sukses

Peneliti Temukan Penyebab Timbulnya Pola Sarang Lebah di Dataran Garam Bolivia

Studi mengungkap penyebab munculnya pola heksagonal yang menyerupai sarang lebah di dataran garam.

Liputan6.com, La Paz - Para ahli akhirnya mengungkap mekanisme di balik timbulnya pola segi enam menyerupai sarang madu di gurun garam atau dataran garam.

Pola menakjubkan yang muncul di dataran garam, yaitu Badwater Basin California dan Salar de Uyuni di Bolivia, sudah sejak bertahun-tahun lalu menarik perhatian para turis dan menjadi inspirasi bagi para pembuat film genre sci-fi.

Mengutip dari Live Science, Jumat (10/3/2023), para ilmuwan pun sudah bertahun lamanya mencari jawaban dari kemunculan pola sarang madu tersebut.

Akhirnya para ilmuwan dapat menyatakan bahwa mereka telah menemukan jawaban dari teka-teki alam ini.

“Lanskap yang fantastis menuntut penjelasan,” kata Lucas Goehring, profesor fisika di Universitas Nottingham Trent di Inggris, dalam sebuah pernyataan. 

“Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa ada penjelasan yang sederhana dan masuk akal, tetapi tersembunyi di bawah tanah,” jelasnya.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada 24 Februari di jurnal Physical Review X, lapisan air asin dan kurang asin bersirkulasi naik turun dalam sebuah arus yang dideskripsikan berbentuk donat. 

Penyebabnya terletak di bawah kerak garam. Tekanan pada kedua lapisan datang secara bersamaan secara horizontal yang akhirnya membentuk pola yang teratur.

Sebelumnya, para ilmuwan memperkirakan bahwa retakan dan tonjolan terbentuk saat kerak garam mengembang dan mengering, lalu membengkok dan pecah di bawah tekanan.

Dikatakan bahwa pada upaya penelitian sebelumnya untuk memahami terciptanya lanskap ikonik tersebut, ukuran seragam segi enam tidak ikut diperhitungkan. Di mana pun lanskap ini ditemukan, ukurannya selalu tiga hingga enam kaki (satu hingga dua meter).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penyebab Munculnya Pola Sarang Lebah di Dataran Garam

Studi baru mengonfirmasi bahwa pemikiran yang secara luas diterima adalah bahwa pola pada dataran garam tersebut terbentuk dari mekanisme yang berakar pada termodinamika dasar, mirip dengan pergerakan air panas dan dingin di radiator atau panci berisi air mendidih.

“Pola permukaan mencerminkan pembalikan air asin yang lambat di dalam tanah,” jelas Goehring.

“Fenomena yang mirip dengan sel konveksi yang terbentuk di lapisan tipis air yang mendidih,” tambahnya.

Dataran garam tidak sekering kelihatannya. Di bawah kerak garam terdapat lapisan air yang sangat asin yang dapat dicapai hanya dengan menggalinya menggunakan tangan.

Di musim panas air akan menguap, menyisakan lapisan garam yang sebagiannya larut ke lapisan air berikutnya. Kemudian lapisan garam tersebut akan menjadi lebih padat daripada lapisan di bawahnya dan air asin terlarut dalam “cincin” yang melingkari air yang lebih segar, lalu air yang kurang padat naik menggantikannya. 

3 dari 4 halaman

Terbentuknya Kerak Garam di Dataran Garam

Siklus tersebut akan berulang terus-menerus dan akhirnya akan membentuk, yang oleh para ilmuwan disebut sebagai, gulungan konveksi.

Penelitian tentang dataran garam ini di antaranya akan berfokus pada arus bawah permukaan atau pada kerak bumi. 

Studi baru berpendapat bahwa kedua bagian berinteraksi dan mencerminkan satu sama lain untuk membentuk teselasi. Di mana permukaan air yang padat dan asin tenggelam kemudian garam akan terakumulasi di kerak lalu membentuk pegunungan. 

Kerak garam tumbuh lebih cepat di sekitar tepi setiap segi enam karena bersentuhan dengan air yang lebih asin.

Biasanya, gulungan konveksi akan mengadopsi bentuk donat. 

Penulis menyajikan penjelasan yang meyakinkan untuk pola yang mencolok tersebut. Stuart King, peneliti di University of Edinburgh di Skotlandia yang tidak berpartisipasi dalam penelitian tersebut, kepada Live Science menyampaikan pandangannya melalui email. “Sudah diketahui bahwa pola heksagonal muncul dari proses konveksi dan penguapan, (tetapi) makalah ini menghubungkannya dengan konveksi penetrasi lapisan berpori di bawahnya, yang tampaknya sangat masuk akal sebagai mekanisme yang lebih luas, yang mendorong keseluruhan pembentukan garam.”

4 dari 4 halaman

Mengenal Cono de Arita, Piramida Misterius di Dataran Garam Argentina

Selain pola sarang lebah, dataran garam Salar de Arizazo memiliki keunikan lainnya. Sebuah piramida besar berdiri di atas dataran garam tersebut.

Salar de Arizaro, dataran garam terbesar kedua di Argentina sekaligus menjadi rumah bagi salah satu formasi alam yang paling misterius di dunia.

Cono de Arita, sebuah piramida kerucut setinggi 200 meter terbentuk sangat sempurna, tampak seperti buatan tangan manusia.

Faktanya, sepanjang awal abad ke-20, orang meyakini bahwa Cono de Arita sama seperti piramida Mesir yang sebenarnya dibangun oleh manusia, demikian dikutip dari Oddity Central, Selasa (13/7/2021).

Namun, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa foramsi puncak gunung berapi mati tersebut terbentuk melalui kerak bumi yang memuntahkan lava atau menghasilkan kawah. Saat ini, Cono de Arita dianggap sebagai kerucut alami paling sempurna di dunia. 

Banyak yang belum diketahui tentang Cono de Arita. Namun, leganda dan bukti arkeologis menunjukkan bahwa mungkin tempat itu telah digunakan sebagai situs upacara sebelum kedatangan suku Inca. Banyaknya "penampakan" UFO yang dilaporkan menambah misteri Cono de Arita.

Baca selengkapnya di...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.