Sukses

Teleskop James Webb Gas Metana di Exoplanet K2-18b

Keberadaan metana dapat menunjukkan bahwa atmosfer K2-18b memiliki komposisi yang unik dibandingkan dengan planet lain yang kita kenal.

Liputan6.com, Jakarta - Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) mendeteksi "kentut alien" di sebuah planet berjarak 120 tahun cahaya dari bumi. "kentut alien" yang disebut para peneliti adalah bahan kimia biologis yang diduga sebuah gas metana di exoplanet K2-18b.

Bahan kimia biologis itu ditemukan di atmosfer planet mirip bumi pada 2023 oleh JWST. Melansir laman resmi NASA pada Rabu (08/05/2024), Exoplanet K2-18b merupakan planet yang hangat dan berair dengan atmosfer hidrogen.

Planet ini berada di zona layak huni di sekitar bintang induknya, rasi Leo. Planet ini disebut layak huni karena kandungan airnya berbentuk cair,sehingga uga berpotensi memiliki kehidupandi alamnya.

Pengamatan dengan instrumen Near Infrafred Spectograph (NIRSpec) milik JWST mengungkap kemungkinan jejak gas yang hanya dapat diproduksi organisme hidup di atmosfer K2-18b ini.

Para ilmuwan mendeteksi gas dimetil sulfida di atmosfernya. Untuk mengonfirmasi temuan tersebut, Teleskop James Webb akan melakukan beberapa jam pengamatan terhadap planet ini.

Namun, hal ini juga belum dipastikan lantaran teleskop tersebut tengah mengalami gangguan di giroskopnya. Keberadaan metana dapat menunjukkan bahwa atmosfer K2-18b memiliki komposisi yang unik dibandingkan dengan planet lain yang kita kenal.

Planet K2-18b ditemukan pada 2014 oleh teleskop luar angkasa Kepler milik NASA, planet ini mengorbit bintang katai merah bernama K2-18. K2-18b diklasifikasikan sebagai raksasa gas, dengan massa sekitar 8,6 kali lipat bumi.

Diameternya sedikit lebih besar dari Neptunus, mencapai 2,2 kali diameter bumi. Salah satu ciri khas K2-18b adalah atmosfernya yang kaya.

Pengamatan oleh Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) pada 2023 mengungkapkan keberadaan karbon dioksida, dan uap air di atmosfernya. K2-18b berputar sangat dekat dengan bintang induknya.

Planet ini menyelesaikan satu orbit setiap 33 hari. Hal ini mengakibatkan suhu permukaan planet yang panas, mencapai sekitar 2.300 derajat Celsius.

Suhu ekstrem ini, bersama dengan radiasi tinggi dari bintang, membuat K2-18b tidak ramah bagi kehidupan seperti yang kita kenal. Saat ini, K2-18b terus menjadi fokus penelitian para astronom.

Pengamatan lebih lanjut dengan JWST dan teleskop lainnya akan membantu para ilmuwan memahami komposisi atmosfernya dengan lebih baik. Bahkan, para astronom akan mencari tanda-tanda kehidupan potensial, dan mempelajari lebih lanjut tentang pembentukan dan evolusi planet di luar tata surya kita.

(Tifani)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.