Sukses

Taipan Oleg Deripaska: Rusia Bisa Kehabisan Uang pada 2024, Butuh Investor Asing

Lembaga rating Eropa Scope memperingatkan bahwa defisit anggaran Rusia dapat naik menjadi 3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan dengan perkiraan pemerintah sebesar 2 persen dari PDB.

Liputan6.com, Moskow - Oligarki Rusia Oleg Deripaska mengatakan bahwa negara itu bisa kehabisan uang tahun depan menyusul sanksi Barat yang "menggigit", kecuali Moskow mengamankan investasi dari negara-negara sahabat.

Deripaska, seorang taipan energi dan logam, yang pernah menjadi orang terkaya Rusia mengungkapkan hal tersebut dalam sebuah konferensi investasi di Siberia pada Kamis (2/3/2023).

"Tidak akan ada uang tahun depan. Kami akan membutuhkan investor asing," ujarnya seperti dilansir The Guardian, Jumat (3/3).

Deripaska, yang termasuk dikenai sanksi Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Uni Eropa atas invasi Rusia ke Ukraina mengungkapkan bahwa dana semakin menipis.

"Itulah sebabnya mereka (pemerintah Rusia) mulai mengguncang kami," ungkap Deripaska, yang merupakan pendiri Rusal, produsen aluminium terbesar di luar China.

Lebih lanjut, Deripaska menuturkan bahwa Rusia menderita tekanan berat akibat sanksi Barat dan negara serta kalangan bisnisnya harus mencari negara lain dengan "sumber daya yang serius" untuk berinvestasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Membahayakan Ekonomi Rusia

Lembaga rating Eropa Scope memperingatkan bahwa defisit anggaran Rusia dapat naik menjadi 3,5 persen dari produk domestik bruto (PDB), dibandingkan dengan perkiraan pemerintah sebesar 2 persen dari PDB. Pada tahun 2022, defisit Rusia mencapai 2,3 persen.

Scope mengatakan, hal itu disebabkan karena pendapatan yang lebih rendah dari ekspor minyak dan gas setelah Barat melepaskan diri dari energi Rusia.

"Sanksi dan perang membatasi fleksibilitas fiskal Rusia … karena pendapatan ekspor energi yang lebih rendah, pengeluaran terkait perang yang lebih tinggi, dan penurunan PDB yang stabil," katanya. "Untuk saat ini, Rusia dapat menambal defisitnya dengan relatif mudah, yaitu menarik dana kekayaan nasional..."

Lembaga rating itu mengatakan, pengeluaran besar Rusia untuk perang akan membahayakan ekonominya dalam jangka panjang karena mengorbankan investasi di bidang infrastruktur, digitalisasi, perumahan, dan perlindungan lingkungan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.