Sukses

Fosil Ikan Raksasa Ditemukan di Afrika Selatan, Mungkin Pemangsa Nenek Moyang Manusia

Penemuan fosil ikan raksasa di Afrika Selatan diperkirakan memangsa nenek moyang manusia. Ini kata peneliti.

Liputan6.com, Utrecht - Peneliti Afrika Selatan menggali fosil berumur 360 juta tahun yang rupanya adalah ikan raksasa yang diperkirakan memangsa nenek moyang kita.

Telah ditemukan fosil ikan purba raksasa berumur 360 juta tahun di Afrika Selatan yang diperkirakan dulunya memangsa manusia purba.

Sekitar 350 juta tahun lalu, jauh sebelum Bumi dikuasai dinosaurus, studi menemukan bahwa ikan berukuran raksasa dengan taring mematikan menguasai sungai di benua selatan kuno Gondwana.

Mengutip dari Live Science, Minggu (5/3/2023), ikan predator ini berukuran 2,7 meter dan tercatat sebagai spesies dengan tulang belakang terbesar.

Para peneliti menyebutnya Hyneria udlezinye, yang artinya "makhluk pemangsa sesama" dalam Bahasa IsiXhosa, Bahasa Pribumi Afrika Selatan, tempat tulang-tulang itu ditemukan.

"Bayangkan seekor ikan predator raksasa, dengan sebagian besar panjangnya mencapai 2 meter dan terlihat seperti aligator modern, tetapi dengan wajah lebih pendek seperti ujung torpedo," ucap co-author studi, Per Ahlberg, seorang profesor di Departemen Biologi Organisme di Uppsala University di Swedia kepada Live Science.

"Mulutnya berisi deretan gigi kecil, tetapi juga sepasang taring besar yang mungkin bisa mencapai 5 cm pada individu terbesar," tambahnya.

Petunjuk pertama penanda adanya ikan raksasa ditemukan tim peneliti di tahun 1995, ketika mereka menemukan rangkaian fosil sisik terisolasi di situs penggalian, Waterloo Farm di Afrika Selatan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ikan Purba Predator Raksasa Ditemukan di Afrika Selatan

Penelitian terbaru yang diterbitkan pada 22 Februari di jurnal PLOS Ones menyebutkan bahwa peneliti akhirnya menyatukan kerangka spesies tristichopterid raksasa yang baru ditemukan tersebut.

Peneliti pun akhirnya mendapati bahwa bongkahan tulang itu adalah fosil dari ikan bertulang purba.

"Ini merupakan perjalanan panjang sejak itu," ujar co-author studi Robert Gess, ahli paleontologi dan rekan penelitian di Museum Albany dan di Rhodes University di Afrika Selatan, kepada Live Science.

Kerangka tersebut mengungkapkan bahwa H. udlezinye adalah predator rakus. 

"Siripnya kebanyakan mengarah ke bagian belakang tubuh. Ini adalah karakteristik ekologis dari predator yang menunggu; ia dapat menyerang secara tiba-tiba. Hyneria akan menunggu dalam bayang-bayang gelap dan menunggu sesuatu lewat," kata Gess.

Ikan raksasa itu mungkin memangsa makhluk berkaki empat yang dikenal sebagai tetrapoda, kelompok leluhur yang mengarah ke garis keturunan manusia. 

"Tristichopterid berevolusi menjadi monster yang kemungkinan besar, memakan (nenek moyang kita)," kata Ahlberg.

3 dari 4 halaman

Fosil Raksasa Purba Banyak Ditemukan Para Peneliti

Penelitian sebelumnya mengidentifikasi spesies lain dari genus yang sama, H. lindae, di situs penggalian di Pennsylvania.

Fosil dari Waterloo Farm adalah yang pertama menunjukkan bahwa Hyneria hidup di Gondwana. 

Studi baru juga mengungkapkan bahwa tristichopterids raksasa hidup tidak hanya di daerah tropis Gondwana, tetapi di seluruh benua dan bahkan di lingkaran kutub.

Sebagian besar fosil tristichopterid yang ditemukan sampai saat ini telah digali di Australia, sehingga mengubah persepsi kita tentang persebaran hewan-hewan ini. 

"Karena Australia berada di daerah tropis, dan karena semua lokasi sampel yang baik dari periode ini dan dari Gondwana kebetulan berada di Australia, ada perasaan bahwa tristichopterid raksasa ini berasal dari tempat yang sekarang disebut Australia - di sepanjang pantai tropis Gondwana," ucap Gess.

Untuk pertama kalinya, para peneliti juga telah menemukan sisa-sisa peninggalan tristichopterid raksasa di wilayah kutub. 

"Kami memiliki sekumpulan (fosil) ikan predator raksasa dan ini adalah satu-satunya contoh yang kami miliki dari daerah kutub," kata Ahlberg.

Tristichopterid menghilang dalam peristiwa kepunahan massal pada akhir Devonian, sekitar 359 juta tahun lalu. 

 

 

4 dari 4 halaman

Otak Berusia 319 Juta Tahun Ditemukan di Fosil Ikan, Begini Bentuknya

Sementara itum hasil pemindaian tengkorak fosil ikan berusia 319 juta tahun telah mengarah pada penemuan tentang contoh tertua dari otak vertebrata yang terawetkan dengan baik.

Fosil tengkorak milik ikan Coccocephalus wildi yang telah punah ditemukan di sebuah tambang batu bara di Inggris lebih dari seabad yang lalu, dilansir dari CNN, Jumat (3/2/2023). Hal tersebut dijelaskan oleh para peneliti studi dalam jurnal "Nature" pada Rabu, 1 Februari 2023.

Fosil itu adalah satu-satunya spesimen spesies ikan yang diketahui, sehingga para ilmuwan dari Universitas Michigan di Amerika Serikat (AS) dan Universitas Birmingham di Inggris menggunakan teknik pencitraan nondestruktif dari pemindaian tomografi terkomputasi (CT) untuk melihat ke dalam tengkoraknya dan memeriksa bagian dalam struktur tubuh.

Setelah melakukannya, muncul kejutan. Gambar CT menunjukkan "gumpalan yang tidak dikenal," kata siaran pers Universitas Michigan.

Objek 3D yang berbeda memiliki struktur yang jelas dengan fitur yang ditemukan pada otak vertebrata: berbentuk simetris, berisi ruang berongga yang mirip dengan ventrikel dan memiliki filamen yang memanjang dan menyerupai saraf kranial.

"Ini adalah penemuan yang menarik dan tidak terduga," kata rekan penulis studi Sam Giles, ahli paleontologi vertebrata dan peneliti senior di University of Birmingham, menambahkan bahwa mereka "tidak tahu" ada otak di dalamnya ketika mereka memutuskan untuk mempelajari tengkoraknya.

"Sangat tidak terduga sehingga kami butuh beberapa saat untuk memastikan bahwa itu benar-benar otak. Selain sebagai keingintahuan pelestarian, anatomi otak pada fosil ini memiliki implikasi besar bagi pemahaman kita tentang evolusi otak pada ikan," tambah Giles.

Baca selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.