Sukses

3 Januari 1868: Restorasi Meiji Dimulai, Era Tokugawa Selesai

Seorang kaisar remaja merebut kekuasaan dari Keshogunan Tokugawa.

Liputan6.com, Tokyo - Pada 3 Januari 1868, kekaisaran Jepang mengambil kembali kekuasaan setelah 250 tahun lebih dipegang oleh Keshogunan Tokugawa. Restorasi tersebut mengambil nama Kaisar Meiji yang masih remaja. 

Klan Tokugawa berhasil menjadi pemenang di era perang saudara yang terjadi di Jepang pada abad ke-16. Setelah Nobunaga Oda dan Hideyoshi Toyotomi meninggal, Ieyasu Tokugawa berhasil mengkonsolidasikan kekuasaan.

Puncaknya adalah Pertempuran Sekigahara antara Tokugawa (Timur) melawan loyalis Toyotomi (Barat) yang berakhir dengan kemenangan besar Tokugawa setelah Hideaki Kobayakawa mengkhianati pasukan Barat.

Situs Japan Society mencatat bahwa gejolak di pemerintahan Tokugawa terjadi karena dampak kebijakan isolasi di Jepang. Pada 1854, Barat berhasil membuat Tokugawa membuka isolasi tersebut, namun posisi Tokugawa juga melemah serta menghadapi oposisi dari daerah-daerah.

Tokugawa bereaksi keras terhadap oposisi dari dalam negeri dan negosiasi gagal. Alhasil, sejumlah samurai generasi muda memilih melaksanakan restorasi untuk mengembalikan kaisar ke takhta.

Pada 3 Juni 1868, Kaisar Meiji yang masih muda juga ikut ke alur restorasi ini dan pindah dari Kyoto ke Edo (Tokyo). Kaisar didampingi sejumlah orang-orang muda di sekitarnya, sehingga muncul kebijakan-kebijakan yang pragmatis tanpa dikekang budaya lama.

Kebijakan feudal ditinggalkan Jepang. Sistem daimyo juga dihapus. Pada sistem tersebut, suatu klan bisa menguasai suatu provinsi atas restu shogun.

Sebelum Restorasi Meiji, kedatangan Barat ke Jepang juga berhasil membawa gagasan-gagasan baru, salah satunya terkait perdagangan yang ditolak oleh ajaran Konghucu. Setelah Restorasi  Meiji, Jepang berhasil menjadi negara dagang yang kuat.

Namun, para loyalis Tokugawa masih belum menyerah. Pecahnya Perang Boshin yang bersejarah.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perang Boshin

Ketika Tokugawa menang di Sekigahara, sejumlah loyalis Toyotomi tidak menyerah begitu saja. Pertempuran pun sempat pecah di Osaka ketika Hideyori Toyotomi (anak Hideyoshi Toyotomi) melaksanakan pemberontakan. 

Pertempuran di Kastil Osaka itu menjadi perlawanan terbesar yang terakhir dari klan Toyotomi. Namun, Tokugawa kembali menang. 

Sejarah berulang, kubu Tokugawa terus melaksanakan resistensi untuk merebut kekuasaan mereka. 

Pada Januari 1868, tak lama setelah Restorasi Meiji, loyalis Tokugawa mengangkat senjata. Perang pun sempat terjadi di Kastil Osaka. Kali ini, Tokugawa dikalahkan.

Shogun terakhir, Yoshinobu Tokugawa, juga tidak berhasil mengambil kembali kekuasaannya. Ia pun bersumpah setia ke kaisar.

Meski shogun Tokugawa sudah kalah, perang terus berlanjut hingga 1869. Seorang perwira angkatan laut bernama Takeaki Enomoto memilih terus setia kepada shogun. Ia pun diangkat menjadi pemimpin Republik Ezo (kini bernama Hokkaido).

Pasukan Ezo melawan melawan prajurit kekaisaran pada pertempuran laut di Hakodate, namun kalah dan Republik Ezo bubar. 

Menurut catatan situs National Diet Library milik pemerintah Jepang. Yoshinobu Tokugawa memilih hidup dengan tenang hingga wafat pada 1913. Enomoto juga berhasil selamat dan karier politiknya berlanjut sebagai menteri di era Meiji.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.