Sukses

Robot Seks Bisa Mengancam Manusia, Ini Penjelasan Peneliti

Peneliti AS telah memperingatkan bahwa keberadaan robot seks dengan kecerdasan buatan (AI) menimbulkan ancaman bagi individu dan masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti AS telah memperingatkan bahwa keberadaan robot seks dengan kecerdasan buatan (AI) dapat menimbulkan ancaman psikologis dan moral yang meningkat bagi banyak individu dan masyarakat.

Mereka mengatakan teknologi itu lolos dari pengawasan karena para agensi terlalu malu untuk menyelidikinya. Para ilmuwan kemudian menginginkan adanya tindakan untuk mencegah penggunaan robot yang tidak diatur tersebut.

Dilansir dari BBC, Sabtu (15/2/2020), Dr Christine Hendren dari Duke University mengatakan bahwa "taruhannya tinggi".

"Beberapa robot diprogram untuk memprotes, untuk membuat skenario pemerkosaan," katanya.

"Beberapa dirancang agar terlihat seperti anak-anak. Salah satu pengembang ini di Jepang adalah seorang pedofil mengaku sendiri, yang mengatakan bahwa perangkat ini adalah profilaksis terhadapnya yang pernah menyakiti anak-anak di kehidupan nyata. 

"Tapi apakah itu menormalkan dan memberi orang kesempatan untuk mempraktikkan perilaku ini yang sebenarnya harus ditangani dengan hanya menyingkirkannya?"

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pro-Kontra

Sejumlah robot seks diiklankan secara online. Sebuah perusahaan yang berbasis di AS, Realrobitix, telah memposting video yang memasarkan robot Harmony-nya dengan harga antara $ 8.000 dan $ 10.000.

Ini adalah boneka seukuran manusia yang dapat berkedip dan menggerakkan mata dan lehernya, dan juga bibirnya saat berbicara.

Berbicara dengan aksen Skotlandia, manekin itu berkata, "jika Anda memainkan kartu Anda dengan benar, Anda akan merasa senang dan senang datang".

Pendiri dan CEO perusahaan robot seks, Matt McMullen menjelaskan bahwa Harmony memiliki AI yang memungkinkan "dia" untuk mengembangkan hubungan dengan pemilik.

"Dia akan mengingat hal-hal tentang Anda, kesukaan Anda, ketidaksukaan Anda dan pengalaman Anda," kata McMullen.

Kathleen Richardson, seorang profesor Etika dan Budaya Robot dan AI di De Montfort University di Leicester, menginginkan pemasaran semacam ini dilarang.

"Perusahaan-perusahaan ini berkata, 'kamu tidak punya persahabatan? Kamu tidak punya pasangan hidup? Jangan khawatir kami bisa membuat robot pacar untukmu'.

"Hubungan dengan pacar didasarkan pada keintiman, keterikatan, dan hubungan timbal balik. Ini adalah hal-hal yang tidak dapat ditiru oleh mesin," katanya.

Prof Richardson menyarankan kelompok penekan yang telah dibentuk untuk memantau kemunculan produk-produk ini. Kampanye melawan robot seks bekerja dengan para pakar kebijakan untuk menyusun undang-undang yang bertujuan melarang klaim bahwa robot pendamping dapat menjadi pengganti hubungan manusia.

"Apakah kita akan pindah ke masa depan di mana kita terus menormalkan gagasan perempuan sebagai objek seks?" katanya.

"Jika seseorang memiliki masalah dengan hubungan dalam kehidupan mereka yang sebenarnya, atasilah dengan orang lain, bukan dengan menormalkan gagasan bahwa Anda dapat memiliki robot dalam hidup Anda dan itu bisa sebaik seperti kehidupan nyata."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.