Sukses

Gelombang Panas Australia Bikin Jalan Meleleh, di Negara Ini Bisa Masak Telur Hingga Panggang Kue

Berikut ini dampak buruk dilanda gelombang panas ekstrem, seperti Liputan6.com rangkum dari beragam sumber. Mulai dari bisa masak telur hingga bangunkan virus purba dan memanggang kue.

Liputan6.com, Jakarta - Gelombang panas ekstrem tengah melanda Australia. Suhunya beragam di setiap kota di Negeri Kanguru, namun hingga mencapai nyaris 50 derajat Celcius.

Dampaknya beragam, mulai dari salat Jumat yang dipercepat hingga jalanan meleleh di sejumlah lokasi di Australia.

Mengutip ABC Indonesia, Sabtu (21/12/2019), Kota Hopetaun di negara bagian Victoria tercatat sebagai lokasi dengan suhu udara terpanas di bulan Desember, dengan mencatat rekor 47,4 derajat Celcius pada Jumat 20 Desember.

Suhu terpanas di kota kecil sebelah Mildura tersebut tercatat pada 14.16 sore waktu setempat, sementara di Melbourne suhu cuaca diperkirakan akan mencapai 44 derajat Celsius.

"Rasanya seperti Indonesia, malah lebih panas," kata Agustina Mentari, akrab dipanggil Tari, seorang mahasiswa asal Jakarta di Melbourne.

Di Australia Selatan, suhu hingga mencapai 49 derajat Celsius tercatat di kawasan Wuddina dan Port Augusta. Bahkan dilaporkan sejumlah jalanan di dua kawasan tersebut nyaris meleleh.

"Jalan McConnell Road, Alma Street, Forster Street, dan Cobbin Street telah menunjukkan meleleh," kata Dewan Kota Port Augusta.

Di Adelaide, ibu kota Australia Selatan, suhu terpanas mencapai 45,3 derajat Celsius, Kamis siang 19 Desember.

Pekan lalu pada 13 Desemper, suhu di kota Perth, Australia Barat, mencapai di atas 40 derajat Celsius.

Seorang warga bernama Stu Pengelly mencoba memanggang daging babi seberat 1,5 kilogram di dalam mobil tuanya.

Selain itu, berikut dampak buruk juga pernah dialami sejumlah negara saat dilanda gelombang panas ekstrem, seperti Liputan6.com rangkum dari beragam sumber, Sabtu (21/12/2019): 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

1. Informasi dari Badan Statistik Nasional Belanda, seperti dikutip dari CBS pada Jumat 9 Agustus 2019, sekitar 2.964 Orang Meninggal Akibat Gelombang Panas Melanda Belanda.

3 dari 8 halaman

2. Mengutip DW Indonesia, 17 Oktober 2016, semakin banyak virus "kuno" yang terbangun dari tidurnya akibat pemanasan global. Sejak 2003 setidaknya ada 4 yang diketahui. Virus terakhir adalah Mollivirus sibericum, virus raksasa berumur 30.000 tahun yang hanya bisa menginfeksi organisme bersel tunggal, tidak manusia maupun hewan. Walau demikian, ilmuwan memperingatkan akan kemunculan virus-virus patogen baru.

4 dari 8 halaman

3. Seperti dikutip dari News.com.au, Senin 15 Agustus 2016, selama satu bulan terakhir, suhu di Kuwait dan Irak melonjak menjadi 54 derajat Celsius. Sementara di Baghdad, suhu sehari-hari selama dua bulan terakhir adalah 43 derajat Celsius dan dilaporkan terus meningkat. Di Uni Emirat Arab dan Iran, suhu panas tercatat 60 derajat Celsius. Ini yang tertinggi sepanjang sejarah.

"Ketika keluar rumah, rasanya seperti berjalan ke dalam api. Seperti semua bagian di tubuh Anda terbakar, kulit, mata, hidung...," ujar seorang mahasiswa asal Basra, Irak, Zainab Guman, kepada The Washington Post.
5 dari 8 halaman

4. Menurut Toronto Star, pada Minggu 16 Agustus 2015 memang sedang berlaku peringatan cuaca panas yang bisa mencapai suhu 36 derajat celsius di Toronto. Pria itu merekam proses pematangan telur itu yang membutuhkan waktu 2 jam lamanya.

6 dari 8 halaman

5. Pemandangan mengejutkan terjadi saat gelombang panas melanda Italia. Di bawah terik matahari dengan suhu 100 Fahrenheit atau 37 derajat Celcius, sebuah mobil di tempat parkir meleleh.

Mobil yang dipakai eksperimen diparkir di bawah terik matahari dan pintu terkunci. Lalu nampan berisi empat biskuit itu di atas dasbor mobil.

Normalnya, untuk memanggang biskuit butuh waktu 15 menit dengan suhu 350 derajat. Tapi di dalam mobil, biskuit itu hampir matang butuh waktu 8 jam pada suhu 185 derajat.

 

7 dari 8 halaman

6. Gelombang panas yang melanda Uni Emirat Arab (UEA) pada Juni 2015 bukan isapan jempol. Selain merasa panas, warga di sana juga melaporkan ada beberapa kartu yang terbuat dari plastik mencair atau memudar di bawah sinar matahari langsung.

8 dari 8 halaman

7. Fenomena cuaca ekstrem pada Juli 2019 dipakai eksperimen oleh National Weather Service di Nebraska, Amerika Serikat. Melansir Autoevolution, mereka melakukan percobaan untuk memanggang kue yang memanfaatkan suhu panas kabin mobil.

"Aku terkejut ketika melihat Renault Megane yang diparkir di seberang pantai di kota pesisir Caorle di Italia utara menetes ketika suhu mencapai 37 C (99 Fahrenheit)," kata John Westbrook seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa 11 September 2015.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini