Sukses

Apa Kata Media Asing Tentang Persiapan Pemilu di Indonesia

Pemilu serentak yang akan dilakukan di Indonesia tanggal 17 April mendatang menarik perhatian sejumlah media asing. Berbagai tema terkait kebijakan pemerintah hingga persiapan pemilu pun dibahas.

Jakarta - Pemilu serentak yang akan dilakukan di Indonesia pada tanggal 17 April mendatang menarik perhatian sejumlah media asing. Berbagai tema terkait kebijakan pemerintah hingga persiapan pemilu pun dibahas. Bagaimana media asing menyoroti persiapan pemilu di Indonesia? 

Sejumlah media berbahasa Jerman, seperti dikutip dari DW Indonesia, Selasa (16/4/2019), menyoroti isu pluralisme dan intoleransi beragama di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia ini. Deutschlandfunk Kultur mempertanyakan meningkatnya intoleransi beragama di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir dengan mengambil kasus contoh penistaan agama yang dialami Sukmawati Soekarnoputri.

Frankfurter Allgemeine Zeitung (FAZ) menyoroti Presiden Joko Widodo yang pergi umrah ke Arab Saudi di masa minggu tenang dan betapa tema keagamaan kian menjadi sentral dalam dunia perpolitikan di Indonesia.

FAZ menulis bahwa selama bertahun lamanya Indonesia telah menjadi contoh agama Islam yang toleran dan juga kesinambungan antara kehidupan berdemokrasi dan beragama. Namun dalam beberapa tahun belakangan, pengaruh aliran wahabisme dari Arab Saudi dan interpretasi para pemimpin agama yang lebih ortodoks menyebar luas di masyarakat.

Hal serupa juga disoroti oleh radio dan televisi Swiss (SRF) yang korespondennya mengatakan bahwa agama di Indonesia bukan lah persoalan pribadi. SRF juga mengatakan bahwa Jokowi selama masa kampanye sering diserang berkaitan dengan agamanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Soroti Tema Ekonomi dan Lingkungan

Media berbahasa Inggris BBC juga masih menulis masalah intoleransi beragama sebagai perhatian utama menjelang pemilu tahun ini. Bahwa kedua kandidat berusaha sebaik mungkin menampilkan citra sebagai seorang Muslim untuk meraih simpati massa. 

Selain itu, BBC juga menyoroti rumitnya hubungan Indonesia dengan China menjelang Pemilu. Di satu sisi, Cina memainkan peran penting dalam hubungan dagang dengan Indonesia. Namun di sisi lain negara ini juga kurang populer di antara para pemilih.

Sementara CNBC menulis bahwa para investor akan lebih merasa nyaman dengan kebijakan Presiden Joko Widodo dan gaya pemerintahannya.

Dalam dua bulan pertama tahun 2019, investor asing masuk ke pasar saham Indonesia dan membeli saham senilai sekitar Rp 10,47 triliun. "Kemenangan Prabowo akan membawa sentimen bagi investor," tulis CNBC.

Investor asing masuk ke pasar saham Indonesia dalam dua bulan pertama 2019. Mereka membeli saham bersih senilai 10,47 triliun rupiah ($ 740,18 juta) pada bulan Januari dan Februari tahun ini, menurut bursa efek negara itu..

Aljazeera menyayangkan tema lingkungan yang kurang mendapatkan sorotan dalam masa kampanye. Padahal, media itu menulis kalau sepertiga hutan hujan di Indonesia akan menghilang pada tahun 2020 akibat penebangan ilegal dan perluasan perkebunan kelapa sawit.

 

3 dari 3 halaman

Pemilu Kompleks dan Rumit

Media berbahasa Inggris lainnya, Guardian, menyoroti Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan total jumlah pemilih sebanyak 192,8 juta, pemilu kali ini juga akan menjadi pemilihan presiden secara langsung yang terbesar di dunia.

Harian ini juga menyebut bahwa pemilu yang berlangsung pada tanggal 17 April itu sebagai "Pemilu satu hari yang paling rumit di dunia." 

Pemilu di India memang pesertanya lebih banyak, namun secara keseluruhan dilakukan selama enam minggu, jadi lebih relaks, tulis .

Bukan hanya memilih presiden, pada pemilu kali ini masyarakat juga akan memilih calon anggota legislatif pada hari yang sama.

"Ini berarti pada 809.500 TPS, para pemilih akan memilih calon dari lebih 250.000 kandidat untuk 20.538 kursi legislatif di lima level pemerintahan dalam waktu hanya enam jam," tulis Guardian.

Media ini pun menyayangkan akan ada sekitar 1,6 juta orang suku asli di pedalaman Indonesia yang tidak dapat memilih karena tidak memiliki KTP.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.