Sukses

PM Australia Akhirnya Bersedia Pulangkan Anak-Anak Keturunan Kombatan ISIS

PM Australia mengatakan, pihaknya terbuka pada permintaan pemulangan anak-anak keturunan kombatan ISIS dari Australia yang kini terlantar di daerah konflik di Suriah.

Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan, pihaknya terbuka pada permintaan pemulangan anak-anak keturunan kombatan asing ISIS dari Australia yang kini terlantar di daerah konflik di Suriah. Itu merupakan perubahan sikap dari sang PM setelah sebelumnya menyatakan enggan untuk melakukan hal demikian atas alasan keamanan domestik.

Menyusul hancurnya "kekhalifahan" dari kelompok teroris ISIS di Suriah dan Irak, ribuan perempuan dan anak-anak kerabat dari para kombatan sekarang berada di kamp pengungsian yang dikelola oleh pemerintah atau kelompok paramiliter bekingan negara Barat.

Beberapa di antara mereka adalah anak-anak dari teroris asal Australia yang sudah tewas dan dicabut kewarganegaraannya oleh Canberra, Khaled Sharrouf.

Nenek mereka dari sisi ibu, Karen Nettleton, sudah datang ke Suriah untuk mengusahakan pemulangan cucu-cucunya itu.

Sebelumnya, Morrison mengatakan bahwa mereka sudah bukan lagi tanggung jawab Australia. "Saya tidak akan membahayakan warga Australia demi membantu mereka yang berada di zona konflik," kata Morrison pada 1 April 2019."

Namun kini, ia tampaknya berubah pikiran. Morrison mengatakan Australia tengah bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan untuk membantu mereka.

"Di mana ditemukan anak-anak tersebut, dan itulah fokus utama saat ini," kata PM Morrison seperti dikutip dari ABC.net.au, Jumat (5/4/2019).

"Kami akan bekerja sama dengan Palang Merah apabila mereka bisa membawa anak-anak tersebut ke titik dimana mereka bisa pulang ke Australia. Kami akan bekerjasama dalam proses itu," ujarnya.

Dia juga mengatakan bila anak-anak tersebut lolos dari penilaian, pemerintah terbuka dalam membantu pemulangan mereka ke Australia.

Karen Nettleton yang tinggal di Sydney menjelaskan anak perempuan tertua Sharrouf, Zaynab, sekarang sedang hamil delapan bulan untuk anak ketiga di usia masih sangat belia, 17 tahun.

Dia dibawa ke Suriah oleh ayahnya, dan menjadi pengantin ISIS di sana ketika baru berusia 13 tahun.

Kesehatan Zaynab kini dikhawatirkan memburuk di tengah keadaan kamp pengungsian yang sangat memprihatinkan.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Puluhan Ribu Anak Kombatan Asing ISIS di Irak dan Suriah

Saat ini terdapat puluhan ribu anak-anak di berbagai kamp pengungsian dimana makanan, tempat tinggal dan obat-obatan tidak banyak tersedia.

Mereka ini anak-anak dari orangtua yang sebelumnya hidup di wilayah "kekhalifahan" ISIS. Kini mereka mendekam di kamp pengungsi al-Hawl.

Ratusan di antaranya telah dipulangkan ke negara seperti Rusia dan Turki.

Pemerintah Prancis sebelumnya mengatakan lima anak yatim piatu sudah dipulangkan dan akan menerima 130 anak berkebangsaan Prancis lainnya.

Presiden AS Donald Trump mendesak negara-negara lain untuk menerima kembali warga mereka daripada dibiarkan hidup di Suriah karena dikhawatirkan menimbulkan masalah di masa depan.

AS sudah memulangkan beberapa warga mereka, namun masih ada anak-anak dan perempuan asal AS yang berada di kamp pengungsi.

Sementara itu, Denmark diperkirakan akan meloloskan UU yang akan mencabut hak kewarganegaraan bagi anak warga Denmark yang lahir di luar negeri dan orangtuanya mendukung ISIS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.