Sukses

Kualitas Udara di Pusat Industri China Capai Titik Terburuk dalam Sejarah

Pusat industri utama di China mencatatkan polusi udara terburuk dalam sejarah negara itu.

Liputan6.com, Beijing - Polusi udara di provinsi Henan --yang merupakan pusat industri berat China-- memburuk sejak Desember lalu. Padahal, beberapa wilayah lain yang mengalami hal serupa telah mengalami perbaikan mutu lingkungan lebih baik.

Sebanyak sembilan kota di Henan, yang dihuni sekitar 95 juta orang, masih tercatat kenaikan kecil pada emisi PM 2.5 yang merusak paru-paru, menjadi rata-rata 82 mikrogram per meter kubik pada bulan terakhir 2018, naik 12 persen dari tahun sebelumnya.

Emisi di kota-kota itu --yang mencakup beberapa distrik penghasil baja, aluminium, dan batu bara-- telah melonjak sebesar 107 persen dari tahun sebelumnya pada November, demikian sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Senin (7/1/2019).

Sebanyak 79 kota di wilayah utara dan timur China telah menyusun rencana untuk mengendalikan kabut asap musim dingin ke depannya, yaknni dengan mempertegas komitmeb pengurangan emisi PM2.5 sebesar 3 persen dari catatan per 2018.

Untuk kota-kota ini, tingkat PM2.5 rata-rata turun 18 persen pada Desember dari tahun sebelumnya menjadi 66 mikrogram per meter kubik, meskipun masih hampir dua kali lipat standar nasional China, yaitu 35 mikrogram.

Tetapi peningkatan lokal di Henan dan di tempat lain menunjukkan betapa banyak kota berada di bawah pengaruh cuaca, dengan kondisi seperti kelembaban tinggi dan angin kencang memperparah kabut asap.

Konsentrasi kabut asap di provinsi Henan telah memburuk sejak akhir tahun lalu, dengan pemerintah setempat mengatakan pada hari Sabtu bahwa 12 kota setempat telah mengeluarkan "peringatan merah" untuk sepekan mendatang.

 

Simak video pilihan beirkut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Mengurangi Polusi Udara pada Musim Dingin

Dengan banyaknya kota-kota yang dilanda polusi udara, membuat China sulit mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

Oleh karenanya, sejak dua tahun lalu, China mulai membatasi hasil industri, lalu lintas, dan konsumsi batu bara, yang utamanya terjadi di wiayah utara.

Kebijakan itu dilakukan guna mengurangi polusi selama periode musim dingin, ketika banyak industri membutuhkan banyak bahan bakar batu bara untuk pemanas.

Sekitar 28 kota di zona pengendali polusi utama di sekitar ibukota Beijing, juga dilaporkan tengah berjuang untuk memenuhi target kualitas udara pada musim dingin, dengan PM2.5 rata-rata dalam dua bulan terakhir pada 2018 naik 17 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Zona ini mencakup provinsi penghasil baja utama negara itu, Hebei, di mana emisi rata-rata naik 11 persen dalam dua bulan terakhir pada 2018.

Hebei telah berjanji untuk memotong PM2.5 sebesar 5 persen tahun ini dibandingkan tahun 2018, kata harian resmi Hebei Daily, mengutip biro lingkungan setempat.

Kelompok industri di sana berjanji untuk mengurangi 14 juta ton kapasitas peleburan baja dan 9 juta ton produksi batubara, setelah menutup masing-masing 12,3 juta ton dan 13 juta ton pada tahun 2018.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.