Sukses

Mantan Astronot NASA: Misi Mengirim Manusia ke Mars Adalah Hal Bodoh

Orang pertama yang mengorbit Bulan mengatakan bahwa merencanakan misi eksplorasi manusia ke Mars adalah hal "bodoh".

Liputan6.com, London - Salah satu orang pertama yang pernah mengorbit Bulan mengatakan bahwa merencanakan misi eksplorasi manusia ke Mars adalah hal "bodoh".

Bill Anders (85) pilot modul Apollo 8, pesawat luar angkasa berawak manusia pertama yang meninggalkan orbit Bumi, mengatakan pengiriman awak ke Mars "hampir konyol".

NASA saat ini merencanakan misi baru mengirim manusia ke Bulan.

Ia ingin mempelajari keterampilan dan mengembangkan teknologi untuk memungkinkan pendaratan manusia di Mars di masa depan.

Anders mengatakan dia adalah "pendukung besar" dari "program tak berawak" yang luar biasa, "terutama karena harganya jauh lebih murah".

Tetapi, Anders mengatakan, publik tidak mendukung pendanaan pengiriman manusia ke Mars karena jauh lebih mahal.

"Apa yang penting? Apa yang mendorong kita untuk pergi ke Mars?" katanya, sambil menambahkan, "Saya kira masyarakat tidak tertarik," ujarnya kepada BBC, dilansir pada Rabu (26/12/2018).

Pada Desember 1968, Anders, bersama dengan kru Apollo 8 lainnya, Frank Borman dan Jim Lovell, berangkat dari Cape Canaveral di Florida di atas Saturn V, sebelum menyelesaikan 10 orbit di sekitar Bulan.

Awak Apollo 8 menghabiskan 20 jam di orbit, sebelum kembali ke Bumi.

Mereka menamatkan misi dengan mendaratkan pesawat di Pasifik pada tanggal 27 Desember, mendarat hanya 5.000 yard (4.500 meter) dari titik target mereka. Mereka dijemput oleh kapal induk USS Yorktown.

Itu adalah titik di mana manusia melakukan perjalanan terjauh yang pernah ada dari planet asal mereka pada saat itu - dan batu loncatan penting menuju pendaratan di Bulan bersejarah lewat misi Apollo 11 hanya tujuh bulan kemudian.

Namun mantan astronot itu mengkhawatirkan bagaimana NASA berevolusi sejak masa Presiden John F Kennedy berjanji untuk mendaratkan manusia di Bulan pada akhir 1960-an.

"NASA tidak bisa sampai ke Bulan hari ini. Mereka begitu konvensional... NASA telah berubah menjadi program kerja... banyak departemen yang hanya ingin tetap sibuk dan Anda tidak melihat dukungan publik selain gaji para pekerja mereka dan anggota kongres mereka terpilih kembali."

Anders juga kritis terhadap keputusan untuk fokus pada eksplorasi orbit dekat Bumi setelah selesainya program Apollo pada 1970-an. "Saya pikir pesawat ulang-alik adalah kesalahan serius. Ia hampir tidak melakukan apa-apa kecuali memiliki peluncuran yang menarik, tetapi tidak pernah memenuhi janjinya," katanya.

"Stasiun luar angkasa hanya ada di sana karena kamu memiliki pesawat ulang-alik, dan sebaliknya. NASA benar-benar salah mengelola program berawak sejak pendaratan terakhir di bulan."

Ini adalah pandangan yang mungkin tampak mengejutkan dari seorang patriot dan anggota militer AS, yang masih ingat misinya sendiri ke luar angkasa dengan penuh kebanggaan. Anders juga memahami jika beberapa orang di komunitas luar angkasa tak merasa cocok dengannya.

"Saya pikir NASA beruntung memiliki apa yang mereka dapatkan - yang masih sulit, dalam pikiran saya, untuk dibenarkan. Saya bukan orang yang sangat populer di NASA karena mengatakan itu, tetapi itulah yang saya pikirkan," jelasnya.

Mantan rekan krunya, Frank Borman, yang memimpin misi Apollo 8 dan juga menghabiskan dua minggu di orbit Bumi selama program Gemini, sedikit lebih antusias soal misi manusia ke Mars.

"Saya tidak terlalu kritis terhadap NASA seperti halnya Bill (Anders)," katanya kepada BBC. "Saya sangat percaya bahwa kita membutuhkan eksplorasi tata surya kita dan saya pikir manusia adalah bagian dari itu."

Tetapi ditanya tentang rencana pendiri Space X, Elon Musk dan bos Amazon, Jeff Bezos, yang sama-sama berbicara tentang meluncurkan misi pribadi ke Mars, Borman tidak begitu tertarik.

"Saya pikir ada banyak gembar-gembor tentang Mars yang tidak masuk akal. Musk dan Bezos, mereka sedang berbicara tentang menempatkan koloni di Mars, itu omong kosong."

Sementara itu, robot penelitian masih menjelajahi Mars. Bulan lalu, InSight, robot yang akan mengambil sampel inerior planet, berhasil mendarat di Elysium Planitia.

Dalam sebuah pernyataan, NASA mengatakan pihaknya "memimpin perjalanan kembali ke Bulan yang berkelanjutan, yang akan membantu kita mengirim astronot ke Mars."

"Termasuk juga mitra komersial dan internasional untuk mengembangkan kehadiran manusia di luar angkasa dan membawa kembali pengetahuan dan kesempatan baru."

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendaratan Bersejarah Wahana InSight di Planet Mars

Hanya 40 persen misi yang pernah dikirim ke Planet Mars oleh lembaga antariksa manapun, berhasil mendarat dengan mulus. Hal ini dikarenakan atmosfer Planet Merah yang tipis, di mana hanya 1 persen dari yang dimiliki Bumi, sehingga tidak ada hambatan yang memperlambat sesuatu untuk mendarat di sana.

Seperti pesawat ruang angkasa Phoenix yang dikirim ke Mars pada 2008 silam, InSight memiliki parasut dan roket retro untuk memperlambat penurunannya melalui atmosfer, dan tiga kaki yang digantung dari pendarat menyerap kejutan saat menyentuh permukaan.

Tetapi para insinyur menyiapkan InSight selangkah lebih maju, di mana memiliki kemungkinan mendarat selama badai debu jika perlu, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Selasa (27/11/2018).

Sekitar 20 menit sebelum mendarat, InSight dipisahkan dari panggung pelayaran yang membantu membawanya ke Mars, dan beralih ke posisinya sendiri untuk memasuki atmosfer Mars.

Hari Senin, pukul 14.47 siang waktu AS bagian timur (Selasa, pukul 02.47 dini hari WIB), persiapan fase pendaratan dimulai, dan InSight datang menyala-nyala ke atmosfer Mars dengan kecepatan 12.300 mil per jam, atau setara 19.974 kilometer per jam. Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.