Sukses

Korut Percepat Pembangunan Megaproyek Jelang Peringatan Hari Jadi ke-70

Jauh sebelum hari ulang Tahun Korea Utara tiba, Kim Jong-un dikabarkan telah memerintahkan tentara dan warga sipil untuk bekerja dalam sejumlah megaproyek infrastruktur.

Liputan6.com, Pyongyang - Ribuan "tentara pekerja" Korea Utara berseragam hijau zaitun dan berhelm merah terang melakukan segalanya, mulai dari menggali parit hingga memasang tembok di blok apartemen bertingkat dan gedung-gedung pemerintah di Samjiyon, kota utara dekat perbatasan China.

Samjiyon--yang terletak di kaki Gunung Paektu dan terkait erat dengan keluarga Kim Jong-un serta dianggap sebagai pusat spiritual revolusi Korea Utara-- adalah salah satu fokus utama kampanye konstruksi nasional besar-besaran menjelang ulang tahun ke-70 negara tersebut.

HUT Korea Utara ke-70 yang jatuh pada 9 September 2018 menjadi salah satu acara nasional terbesar sejak Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan pada akhir 2011, dengan rutin mengadakan parade besar dan kompetisi permainan massal ala Korea Utara di stadion utama negara di Pyongyang.

Namun, jauh sebelum hari H tiba, Kim Jong-un dikabarkan telah memerintahkan tentara dan warga sipil untuk bersama-sama bekerja dalam sejumlah megaproyek infrastruktur, mulai dari membangun bangunan baru, memperbaiki jalan dan pekerjaan lain. Demikian seperti dikutip dari ABC News, Jumat (24/8/2018).

Proyek itu dimaksudkan untuk memperbaiki taraf hidup warga Korea Utara sesuai dengan salah satu janji pertama Kim Jong-un kepada negara, bahwa ia akan meningkatkan ekonomi sehingga mereka tidak lagi perlu "mengencangkan ikat pinggang mereka."

Akan tetapi, ini juga menjadi upaya sang diktator dalam mendemonstrasikan kekuatan rezimnya di tengah jeratan sanksi internasional yang didukung Amerika Serikat --guna menekan perekonomian Korut dan memaksa negara itu untuk meninggalkan program pengembangan senjata nuklirnya.

Kim Jong-un membuat pesan politik itu terlihat jelas selama kunjungan ke Samjiyon dengan istrinya pekan lalu.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un (kiri) bersama istrinya Ri Sol-ju (tengah) saat meninjau peternakan lele samchon di Provinsi Hwanghae Selatan, Korea Utara, Senin (6/8). (KCNA VIA KNS/AFP)

Dalam kunjungannya itu, Kim Jong-un mengatakan bahwa "sanksi bermusuhan" yang diterapkan oleh negara asing merupakan sebuah hambatan dan memberikan kemunduran serius, ujarnya seperti dikutip oleh media pemerintah KCNA.

Akan tetapi, ia menambahkan bahwa orang Korea Utara telah bangkit dari tantangan itu dan "membuat sejarah keajaiban legendaris di tengah kondisi yang paling sulit."

Kim Jong-un juga mengatakan, dengan "secara terbuka" membangun Samjiyon, bangsa ini sedang memerangi pertikaian simbolis melawan mereka yang akan mencoba untuk melumpuhkan "peradaban sosialisnya".

Mesin uap dan alat berat lainnya jarang ada di Korea Utara, sehingga perbaikan jalan di Samjiyon sangat membutuhkan banyak tenaga kerja manusia.

Para pekerja, yang tersebar di hampir 20 kilometer dari batas kota, mengisi lubang dan meratakan permukaan dengan berbagai peralatan sederhana yang terbuat dari kayu.

Proyek pekerjaan itu telah mengubah wajah Samjiyon, yang semula sebagai kota pertanian kentang yang membosankan, menjadi pusat aktivitas yang ramai jika dibandingkan dengan kota lain --selain Pyongyang-- di Korea Utara.

Pemerintah mengatakan, Samjiyon akan menjadi model untuk proyek pembangunan masa depan nasional. Jurnalis kantor berita Amerika Serikat, The Associated Press, diizinkan untuk melihat jalannya proyek pembangunan kota pada hari yang sama dengan kunjungan Kim Jong-un, tetapi mereka tidak diizinkan untuk mengambil foto.

 

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Proyek Simbolis Jangka Panjang?

Salah satu aspek penting dari apa yang tengah berlangsung di Samjiyon adalah fakta bahwa Korea Utara tengah melakukan pembangunan di wilayah lain di luar Pyongyang.

Karena, di bawah tiga generasi kepemimpinan Kim (Kim Il-sung dan Kim Jong-il), ibu kota telah mendapatkan sebagian besar dana dan jauh lebih berkembang daripada daerah lain di negara itu --yang justru menciptakan kesenjangan mencolok dan berpotensi mendestabilisasi antara ibu kota dengan kota.

Selain Samjiyon, proyek konstruksi besar sedang berlangsung di beberapa kota lain, termasuk apartemen bertingkat 20 lantai di kota pelabuhan Chongjin di bagian timur, serta infrastruktur dan fasilitas pariwisata luas di Wonsan --kota pelabuhan di pantai timur negara itu.

Di bawah Kim Jong-un, Wonsan mendapatkan bandara baru yang diharapkan para pejabat akan menarik pengunjung internasional dalam waktu dekat. Lebih dari selusin hotel dan resor juga sedang dibangun di dekat garis pantainya.

Kampanye konstruksi semakin ambisius mengingat ini datang pada tahun yang sensitif bagi Kim Jong-un, yang telah mengadakan serangkaian pertemuan tingkat tinggi selama beberapa bulan terakhir dengan China, Korea Selatan dan Amerika Serikat dalam upaya untuk melemahkan sanksi internasional dan menetapkan posisinya di panggung global sebagai kepala negara pemilik nuklir.

Hal itu tampaknya berhasil. Pengusaha dan wisatawan China dikabarkan telah melancong ke beberapa area di Samjiyon pekan lalu --membuka potensi investasi di sektor turisme dari Tiongkok pada masa mendatang.

Sementara itu, para pejabat Korea Selatan secara serius mempertimbangkan cara untuk membantu Korea Utara memperbaiki jalan dan jalur kereta api.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un duduk di dalam bus saat menjajal bus jenis baru yang diproduksi selama kunjungan ke pabrik bus di Pyongyang, (4/8). Dalam kunjungannya Kim Jong-un juga menyempatkan diri untuk melakukan 'test-drive'. (AFP Photo/KCNA)

Kendati demikian, keraguan tetap berkembang dari sejumlah negara mengingat inkonsistensi Kim Jong-un dalam memenuhi janji denuklirisasi yang ia utarakan dalam pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump, Juni 2018 lalu.

AS juga sangat sensitif terkait janji denuklirisasi Kim Jong-un. Keretakan dengan Washington dapat secara signifikan mempersulit hubungan Kim Jong-un dengan negara tetangganya dan menghambat usahanya untuk merayu perdagangan dan investasi yang dia butuhkan untuk mendanai proyek-proyek pembangunannya.

Indikator penting mengenai masa depan Kim Jong-un mungkin akan segera ditentukan setelah peringatan dirgahayu 9 September 2018, ketika ia dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, di Pyongyang.

Moon Jae-in, yang telah memainkan peran perantara antara Pyongyang dan Washington, berada di bawah tekanan besar untuk menengahi kemajuan menuju denuklirisasi.

Dalam hal apa pun, tampaknya Kim Jong-un tampak siap maju. Meski banyak proyek itu akan selesai pada 9 September, jelas dari pembangunan di Samjiyon bahwa visinya jauh lebih maju ke masa depan daripada itu.

Puluhan bangunan masih dalam tahap konstruksi dasar dan kemungkinan akan membutuhkan beberapa bulan lagi untuk menyelesaikannya.

Sementara itu, adegan Kim Jong-un memberikan arahannya di tempat kepada pejabat senior yang dengan tergesa-gesa mencatat setiap kata dalam buku catatan mereka, telah mendominasi berita TV di Korea Utara setiap hari sejak kunjungannya ke Samjiyon. Denuklirisasi, bagaimanapun, jarang disebutkan dalam siaran berita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.