Sukses

NASA: Akibat Gempa, Permukaan Tanah Pulau Lombok Naik Sekitar 25 Cm

Gempa Lombok beserta ratusan lindu susulannya menyebabkan salah satu gugus pulau di Nusa Tenggara Barat itu naik sekitar 25,4 cm, ungkap ilmuwan dari Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA.

Liputan6.com, Lombok - Hampir sekitar 400 orang tewas, ratusan lainnya terluka, dan banyak bangunan serta infrastruktur hancur akibat gempa Lombok berkekuatan 7,0 SR pada 5 Agustus 2018 beserta ratusan lindu susulannya sepanjang pekan lalu.

Gempa tersebut juga terasa hingga Bali dan turut menghancurkan beberapa bangunan di Pulau Dewata.

Beberapa hari setelahnya, Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA, bekerja sama California Institute of Technology mengungkapkan fakta menarik menyusul lindu tersebut.

Kedua organisasi itu menjelaskan, gempa Lombok beserta ratusan lindu susulannya menyebabkan salah satu gugus pulau di Nusa Tenggara Barat itu naik sekitar 10 inci atau 25,4 cm. Demikian seperti dikutip dari media Inggris The Daily Express, Kamis (15/8/2018).

Mereka menggunakan citra satelit untuk membuat peta deformasi tanah untuk mengukur berbagai perubahan pulau itu usai gempa bumi terjadi.

Menjelaskan hasil temuan tersebut, NASA mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Dari pola deformasi di peta, para ilmuwan telah menetapkan bahwa sesar gempa yang terletak di antara bagian barat laut Pulau Lombok telah menyebabkan pengangkatan permukaan tanah sebesar 10 inci (25,4 cm)."

NASA juga mencatat bahwa di tempat lain di Pulau Lombok, gempa telah menyebabkan permukaan tanah mengalami penurunan hingga kisaran 2-6 inci atau sekitar 5-15 cm.

NASA menganggap temuan ini memberikan sumbangsih signifikan, terlebih dalam hal untuk memprediksi gempa di masa depan dan bencana geologis lain, terkhusus, di area Lombok dan sekitarnya.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

 

Simak video pilihan berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Indonesia Termasuk dalam Ring of Fire

Korban tewas terus meningkat sejak gempa melanda pada 5 Agustus. Hingga 14 Agustus, korban tewas mencapai angka kisaran 400 jiwa menurut Badan Penanggulangan Bencana Nasional RI (BNPB).

Mayoritas korban tewas disebabkan tertimpa runtuhan atap dan dinding.

Tim penyelamat terus mencari di antara puing-puing untuk menemukan korban gempa lainnya. Akan tetapi, usaha itu terhambat ratusan gempa susulan yang telah terjadi beberapa hari usai gempa primer 5 Agustus.

Ada lebih dari 500 gempa susulan, dan tiga gempa kuat hanya dalam waktu satu pekan.

Juru bicara BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, "Diperkirakan jumlah korban tewas akan terus bertambah karena masih ada korban yang diduga terkubur oleh tanah longsor dan bangunan runtuh, serta kematian yang belum tercatat."

Hampir 10 persen penduduk Lombok, 390 ribu orang, telah menjadi tunawisma dan tidak dapat kembali ke rumah setelah gempa.

Perwakilan Palang Merah Indonesia, "Banyak orang mengungsi, dan banyak yang bermigrasi ke daerah perbukitan dan pegunungan karena takut tsunami."

Ada sekitar 68 ribu rumah hancur, dan tiga kabupaten di utara Lombok belum menerima bantuan apa pun kata Nugroho.

Masa tanggap darurat telah diperpanjang - dan sekarang akan berlangsung selama tiga minggu yang berakhir pada 25 Agustus.

"Masa darurat adalah tiga pekan. Setelah tiga pekan, kami akan beralih ke proses pemulihan," kata Menteri Pariwisata Indonesia Arief Yahya di Jakarta, pekan lalu, seperti dikutip dari The Daily Express.

Namun, bagi sebagian orang di Pulau Lombok, bisnis tetap berjalan seperti biasa, sementara masjid dan pasar darurat sedang dibangun agar aktivitas sosial dapat kembali berjalan normal.

Lombok dan Bali adalah tujuan wisata yang populer, dan banyak wisatawan telah melarikan diri dari pulau-pulau setelah gempa besar.

Gempa bumi biasa terjadi di Indonesia karena tempatnya di cincin api atau Ring of Fire --busur gunung berapi berbentuk tapal kuda dan garis patahan lempeng bumi di Samudera Pasifik di mana sekitar 90 persen lindu di dunia terjadi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.