Sukses

Ancaman Teror Van Maut Batalkan Konser Musik di Rotterdam

Van itu membawa lima tabung gas dan nekat menerobos garis polisi di tempat konser di Rotterdam.

Liputan6.com, Rotterdam - Sebuah ancaman teror pada Rabu, 23 Agustus 2017 dini hari di Belanda menyebabkan pembatalan konser musik di Rotterdam.

Menurut Wali Kota Rotterdam, Ahmed Aboutaleb, malam sebelumnya, pihak keamanan menghentikan sebuah van dengan pelat nomor Spanyol karena nekat menerobos garis polisi di tempat konser Rotterdam Maassilo. Dalam kendaraan itu, otoritas menemukan sejumlah tabung gas.

Pihak keamanan tidak melakukan upaya evakuasi karena konser belum dimulai. Dikutip dari CNN, Kamis (24/8/2017), rencananya kelompok band rok Allah-Las akan tampil di tempat itu.

Polisi tidak menjelaskan detail ancamannya karena terlalu dini untuk menyimpulkan apakah van itu ada hubungannya dengan konser.

"Bisa saja mereka ingin pergi ke tempat kemah. Namun, dengan ancaman keamanan di Eropa yang kita alami, dan apa yang kami temukan di dalam van itu, kami memutuskan untuk menyelidikinya," kata humas polisi Rotterdam, Roland Ekkers.

Ia mengatakan, van yang dihentikan pada pukul 21.30 itu disopiri warga Spanyol. Di dalam kendaraan itu, polisi mengatakan ada lima tabung gas.

"Sopir telah kami amankan karena kami ingin mempertanyakan tabung gas itu," kata Ekkers.

Ahli penjinak bom juga diterjunkan untuk menginvestigasi van itu.

Ancaman di Belanda itu datang setelah pihak keamanan Spanyol menahan beberapa orang terkait dengan insiden van maut di Barcelona. Para terduga teroris itu juga berencana meledakkan sejumlah bangunan bersejarah di kota itu

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eropa dan Ancaman Kendaraan Maut

Benua Eropa dalam setahun terakhir ditimpa sejumlah insiden penabrakan maut.

Sasarannya pun selalu sama, yaitu pusat keramaian yang ada di kota besar negara-negara itu atau disebut soft target. Semua aksi teror tersebut diklaim didalangi kelompok ISIS.

Aksi teror itu dimulai di Nice, Prancis, pada Kamis 14 Juli 2016. Saat itu warga tengah menikmati perayaan Bastille Days.

Menurut keterangan saksi mata, mereka melihat truk besar itu melindas kerumunan dengan kecepatan 100 kilometer per jam. Tanpa berusaha menghentikan mobil, sopir itu menancap gas hingga 100 meter.

Petugas kepolisian dan kendaraan medis dikerahkan ke lokasi serangan teror truk di Nice, Prancis, Kamis (14/7). Setidaknya 60 orang tewas saat sebuah truk menabrak kerumunan ramai yang merayakan libur nasional Bastille Day. (REUTERS/ Jean-Pierre Amet)

Polisi berhasil menembak mati pengendara. Namun, insiden ini telah menewaskan 77 orang.

Aksi teror sejenis terus berlanjut. Pada Desember di tahun yang sama, sebuah truk yang melaju kencang menabrak Pasar Natal yang digelar di Kota Berlin, Jerman, pada 19 Desember 2016 pukul 20.000 waktu setempat.

Dalam insiden itu, 12 orang tewas, sementara 48 lainnya terluka. ISIS mengklaim bahwa kelompoknya adalah otak dari serangan truk maut ke Pasar Natal Berlin.

Anis Amri dan dua orang lainnya yang diduga terkait dengan teror truk maut itu dibekuk di Tunisia.

Swedia juga tak ketinggalan mendapat teror serupa. Jumat, 7 April 2017 pukul 15.00 waktu setempat, salah satu kawasan khusus pejalan kaki terbesar di Kota Stockholm, Drottninggatan (Queen Street), mendadak riuh. Orang-orang berlari menyelamatkan diri karena ternyata ada truk yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arah mereka.

Total empat orang tewas dan 15 lainnya luka-luka dalam insiden teror truk maut itu.

London, Inggris, bahkan mendapat tiga serangan yang sama dalam kurun satu tahun.

 

Saksikan video menarik berikut:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.