Liputan6.com, Jakarta Staf Khusus Presiden bidang sosial Angkie Yudistia bercerita bahwa pekan depan ia akan merilis buku keempatnya.
“Buku keempat yang akan publish minggu depan itu berjudul ‘Menuju Indonesia Inklusif’ inspirasi awalnya ketika ada PON (Pesta Olahraga Nasional) Papua pada 2021 bersama Pak Presiden (Joko Widodo),” kata Angkie kepada Disabilitas Liputan6.com di Jakarta, Rabu (12/7/2023).
Baca Juga
Saat menggelar ajang olahraga itu, Angkie banyak berdiskusi soal kemajuan-kemajuan yang dilakukan oleh presiden. Dalam buku ini, ia mengambil sudut pandang sebagai seorang Staf Khusus Presiden.
Advertisement
“Pak Presiden melihat secara langsung bagaimana atlet-atlet disabilitas itu perkembangannya sangat signifikan, sangat luar biasa. Dan Pak Presiden sudah mengesahkan berbagai peraturan turunan dari UU No. 8 Tahun 2016. Pak Presiden telah mengesahkan 7 Peraturan Pemerintah dan 2 Peraturan Presiden,” jelas Angkie.
Di balik terbentuknya peraturan-peraturan tersebut ada banyak cerita yang tak diketahui oleh banyak orang. Cerita-cerita itulah yang menginspirasi buku keempat Angkie.
“Banyak kisah, banyak pengalaman, banyak air mata, banyak kebahagiaan yang mungkin orang tuh enggak tahu tapi bagaimana bisa kita menceritakan kisah ini, akhirnya ini adalah bentuk story telling karena saya juga seorang penulis.”
Baginya, menceritakan berbagai hal yang terjadi tidak cukup dalam satu atau dua halaman, maka dari itu dibuatlah sebuah buku.
Ditulis dalam 1,5 Tahun
Perempuan penyandang Tuli ini juga mengatakan bahwa buku tersebut ditulis dalam waktu 1,5 tahun.
“Penulisan ini kurang lebih 1,5 tahun, karena ini merupakan pengalaman langsung di lapangan yang orang mungkin belum pernah lihat dan rasakan, tapi inilah yang kami rasakan.”
Beberapa pengalaman yang diceritakan Angkie dalam buku ini contohnya ketika ia berinteraksi dengan masyarakat disabilitas, mendengarkan langsung isi hati mereka, dan perjuangan mereka.
Advertisement
Kenapa Dibuat Buku?
Lantas, mengapa berbagai kisah ini ditulis dan dibuat dalam bentuk buku?
Terkait pertanyaan ini, Angkie mengatakan bahwa selama ini berbagai kegiatan yang dilakukan hanya diabadikan di sosial media. Sementara, ia memiliki potensi di bidang menulis buku.
“Saya juga mikir, kira-kira orang akan baca enggak yah di buku fisik. Dari buku kesatu, kedua, ketiga ini tetap berusaha untuk berkarya, tetap memaksimalkan potensi yang saya miliki, saya melihat, saya menulis, saya bercerita.”
Angkie memang sudah menulis sejak dulu dan menurutnya, menjadi Staf Khusus Presiden bukan berarti ia harus berhenti melakukan hal-hal yang disukai sejak dulu.
“Jadi ini meneruskan (hobi) aja. Selama ini di sosial media, tapi ternyata banyak orang yang suka baca buku karena enggak ada yang bisa menggantikan buku fisik. Dengan bau kertasnya, tulisannya, warnanya maka kami memutuskan buku ini dua, fisik dan e-book,” jelas Angkie.
Rencanakan Fitur Ramah Disabilitas Netra
Ibu dua anak ini ingin bukunya bisa dinikmati oleh semua orang termasuk seluruh penyandang disabilitas dan berbagai ragamnya.
Maka dari itu, dia berencana bahwa buku ini juga akses untuk penyandang disabilitas netra.
“Selama ini rencananya buku kita ada di android, di playstore, untuk tunanetra sebenarnya di dalam ponsel itu sudah ada (aplikasi) aksesibilitasnya supaya menjadi suara (dari tulisan).”
“Tapi kita akan mencari cara untuk e-book ini bisa diakses teman-teman tunanetra, kita akan terus mencari cara,” pungaksnya.
Advertisement