Sukses

Kenali Berbagai Peluang Kerja untuk Penyandang Disabilitas

Semua penyandang disabilitas memiliki kemungkinan untuk bekerja. Terlepas dari keadaan fisik atau mentalnya, jika diberi kesempatan dan akses mereka dapat melakukan pekerjaan yang sesuai.

Liputan6.com, Jakarta Semua penyandang disabilitas memiliki peluang untuk bekerja. Terlepas dari keadaan fisik atau mentalnya, jika diberi kesempatan dan akses, mereka dapat melakukan pekerjaan yang sesuai.

 “Misal, untuk penyandang tunanetra, mereka dapat menggunakan komputer biasa yang disesuaikan dengan menambahkan perangkat lunak yang ketika diinstal dapat merubah komputer biasa menjadi computer voice,” kata Pimpinan Disabilitas Kerja Indonesia (DKI), Hasnita T Arifin di Jakarta Selatan, (27/2/2020).

Untuk penyandang tuli, dapat disediakan jasa dari penerjemah bahasa isyarat ketika wawancara kerja dan hari pertama kerja. Sedang, untuk penyandang disabilitas mental dan intelektual, menurut Hasnita ini masih menjadi isu untuk dipekerjakan.

“Saya sangat optimis bahwa mereka bisa bekerja. Contoh, penyandang down syndrome tidak dapat diberikan pekerjaan yang terlalu banyak tapi bisa melakukan satu hal secara berulang setiap hari.”

Penyandang down syndrome dapat bekerja di rumah makan sebagai penjemput tamu. Pekerjaan sederhana lain seperti membersihkan meja, bekerja di pencucian pakaian sebagai pemilah pakaian, memasukkan pakaian ke dalam mesin cuci, atau  menyetrika masih bisa mereka lakukan, kata Hasnita.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Disabilitas Mental dan Intelektual

“Untuk penyandang disabilitas mental saya pikir beberapa perusahaan sudah mulai mempekerjakan, termasuk teman saya juga sudah ada yang bekerja.”

Menurut Hasnita, sepanjang penyandang disabilitas mental itu meminum obat, mereka akan dapat beraktivitas seperti orang pada umumnya. Penyandang disabilitas mental cenderung dapat bekerja seperti orang pada umumnya. Namun, kesadaran terhadap diri sendiri perlu ditingkatkan.

“Pengakuan terhadap diri sendiri bahwa memiliki disabilitas mental. Karena kalau mereka tidak mau menerima diri sendiri memiliki itu, mereka tidak akan mau taking care themselves seperti minum obat secara teratur.”

Mengakui bahwa diri sendiri memiliki disabilitas mental sangat sulit secara psikologis, tambah Hasnita. Tapi setelah minum obat mereka akan memiliki performa yang sama dengan orang pada umumnya di dunia kerja.

“Jadi mereka sangat berpotensi mendapat kerja selama mereka mau meminum obatnya secara teratur,” pungkas Hasnita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini