Sukses

Potong Gaji Bisa Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung, Ini Sebabnya

Siapa sangka ternyata kenaikan maupun pemotongan gaji dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular?

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menunjukkan bahwa pendapatan yang lebih tinggi dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti stroke, darah tinggi, dan lainnya. Sebaliknya, pemotongan gaji dapat meningkatkan risiko penyakit sebesar 17 persen.

Tim peneliti dari Brigham and Women’s Hospital and Harvard Medical School meneliti sekitar 9.000 peserta antara usia 45-64 selama rentang 17 tahun.

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Naik gaji kurangi risiko penyakit kardiovaskular

Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang gajinya naik 50 persen dalam enam tahun terakhir, memiliki hampir 15 persen lebih rendah risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, mereka yang gajinya turun atau dipotong 50 persen memiliki risiko 17 persen lebih tinggi terkena penyakit tersebut.

"Ini terutama karena kenaikan gaji membuat orang lebih kecil kemungkinan untuk mengalami gagal jantung," ujar Stephen Wang yang terlibat dalam penelitian tersebut.

 

3 dari 5 halaman

Upah rendah pengaruhi kesehatan

Lebih jauh dijelaskah bahwa upah yang dipotong membuat orang mungkin tak punya uang untuk pergi ke pusat kebugaran, lebih gampang cemas, dan lebih gampang terpengaruh untuk memilih junk food yang harganya lebih murah. Ini semua meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

 

4 dari 5 halaman

Alkohol dan tembakau juga memengaruhi

Wang menjelaskan bahwa upah yang lebih rendah dapat menyebabkan perubahan dalam kebiasaan makan dan orang-orang dengan tekanan finansial akan lebih cenderung makan makanan murah dan berkalori tinggi.

"Alkohol dan tembakau juga terkait. Selain itu, meningkatnya stres dan depresi juga dapat menimbulkan risiko penyakit kardiovaskular," tambah dia seperti dilansir dari World of Buzz.

 

5 dari 5 halaman

Selanjutnya

Sementara itu, tim mengatakan penelitian ini telah memungkinkan dokter untuk lebih memperhatikan kesehatan keuangan pasien dalam tes jantung. Namun, salah satu batasan dari penelitian ini adalah bahwa peserta dengan pemotongan gaji lebih mungkin untuk mengalami masalah kesehatan.

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa situasi keuangan yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Sebab, selama ini hal tersebut jarang dibahas padahal secara tidak langsung memengaruhi risiko timbulnya penyakit kardiovaskular.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.