Sukses

5 Larangan Konyol yang Pernah Ada di Sepak bola

Para manajer ini pernah membuat larangan konyol di masa kepelatihan mereka.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Manajer Sunderland, Paolo Di Canio pernah membuat larangan konyol pada para pemainnya. Pria asal Italia ini melarang para pemain membawa kecap, mayonais, minum Coca Cola dan bahkan menyanyi.

Larangan tersebut diterapkan Di Canio dengan dalih untuk meningkatkan performa pemainnya. Di Canio ingin para pemainnya lebih profesional sebagai pemain sepak bola.

Sayangnya, larangan ini tidak mujarab. Sunderland performanya terpuruk dan Di Canio pun dipecat. Padahal, musim kompetisi kala itu belum berakhir.

Di sepak bola, bukan cuma Di Canio yang pernah menerapkan larangan konyol. Larangan itu mulai dari hal sepele hingga yang tak masuk di akal.

Rata-rata tujuan dari larangan itu adalah untuk meningkatkan performa pemain. Seperti dilansir Footyjokes, berikut 5 larangan konyol yang pernah diterapkan seorang manajer pada para pemainnya:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

1. Larangan menggunakan headset

Terlihat konyol. Itulah alasan yang dipakai Mantan Manajer VFB Stuttgart, Alexander Zorniger untuk melarang para pemainnya menggunakan headset ketika di depan publik.

Seperti pernah dilansir Mirror, Zorniger merasa headset yang dikenakan para pemain membuat mereka terlihat konyol. Apalagi, jika si pemain tersebut memiliki ukuran kepala yang kecil.

"Para pemain diizinkan memakai headset di dalam bus tim, bukan di hadapan publik. Ada alasan visual untuk ini. Pemain kecil terlihat konyol dengan headset sebesar kepala mereka," kata Zorniger.

3 dari 6 halaman

2. Larangan Menyentuh Tanda This Is Anfield

Menyentuh foto logo Liverpool dengan tulisan 'This Is An Anfield' adalah ritual sakral bagi para pemain Liverpool sebelum pertandingan. Para pemain wajib menyentuh tanda yang terletak di lorong pemain tersebut.

Tapi di era Jurgen Klopp kini, para pemain Liverpool dilarang keras menyentuh tanda itu. Manajer asal Jerman itu membuat peraturan, pemainnya baru boleh menyentuh tanda itu lagi begitu mereka sukses mempersembahkan trofi bagi Liverpool.

Di musim lalu, para pemain Liverpool hampir saja kembali bisa menyentuh tanda itu. The Reds masuk final Liga Europa dan berhadapan dengan Sevilla.

Sayangnya, Liverpool kalah telak 1-3 dari tim asal Spanyol tersebut. James Milner dan kawan-kawan harus menunda hasrat mereka untuk menyentuh tanda itu lagi.

4 dari 6 halaman

3. Larangan Memakai Sandal dan Celana Pendek

Dikenal sebagai pelatih yang cukup ketat soal aturan, Fabio Capello pernah membuat larangan konyol sewaktu melatih tim nasional Inggris. Pelatih asal Italia itu melarang Wayne Rooney dan kawan-kawan memakai sandal, bermain play station dan celana pendek di hadapan publik.

Capello beralasan, dua hal tersebut membuat para pemain terlihat tidak profesional. "Kami profesional. Kami cinta pekerjaan ini dan saya percaya, kami punya kewajiban pada fans untuk bekerja dengan pakaian yang sesuai," ujar Capello seperti dilansir Sportsnet 2009 silam.

Larangan ini kemudian tidak berlaku lama di timnas Inggris. Pasalnya, Capello hanya melatih timnas Inggris selama empat tahun, ia hengkang usai tak sepakat dengan FA soal pencopotan ban kapten John Terry.

5 dari 6 halaman

4. Larangan Memakai Sepatu Warna-warni

Sir Alex Ferguson pernah menerapkan larangan ini di Manchester United (MU). Hal itu terungkap lewat penuturan mantan pemain MU, John O'Shea.

Menurut O'Shea, Sir Alex sangat tidak suka ketika pemainnya memakai sepatu warna-warni. Bahkan, para pemain yang tak bermain pun akan kena 'semprot' Sir Alex jika mereka nekat memakai sepatu warna-warni.

"Sir Alex tidak suka para pemain muda melampau batas. Dia berpikir, para pemain muda itu harus tetap menapak tanah," kata salah seorang sumber di Old Trafford 2010 silam, seperti dilansir Daily Mail.

6 dari 6 halaman

5. Larangan Menggunakan Bahasa Selain Bahasa Inggris

Para pemain hanya boleh berbicara bahasa Inggris. Itulah yang diterapkan Remi Garde sewaktu ia menukangi Aston Villa di musim lalu.

Garde ingin tidak ada batasan bahasa antara para pemainnya.  Ia mau, semua pemain mengerti apa yang dibicarakan pemain lain.

Tapi siasat Garde ini tak terbukti ampuh. Garde tak mampu membawa Aston Villa selamat dari degradasi. Di akhir musim 2015/16, ia pun terpaksa angkat koper dari Villa Park.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.